Hari Buku Nasional (17 Mei) memang sudah lewat, tapi rasanya belum terlalu terlambat untuk mengucapkan Selamat Hari Buku Nasional buat kamu, yang selalu mencintai jendela-jendela dunia.
17 Mei kemarin, banyak isu yang digembar-gemborkan tentang betapa rendahnya minat baca masyarakat kita. Survei yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, misalnya, memberikan peringkat 60 bagi Indonesia dari 61 negara perihal tingkat literasinya. Sementara data yang dikeluarkan oleh UNESCO menyebutkan bahwa indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001 (berarti dari 1000 orang, hanya 1 yang memiliki minat baca). Jangan tanyakan padaku bagaimana metode penelitian mereka, aku belum baca artikelnya, baru lihat hasil akhirnya aja. Ada yang bersedia memberikan link artikelnya padaku?
Aku nggak bermaksud buat meneliti apakah data-data itu benar atau nggak, karena sudah kusimpan hasrat penelitianku buat disalurkan di bab III skripsi aja. Kali ini, aku lebih berminat untuk mencari tahu masalah apa yang melatarbelakangi rendahnya minat baca masyarakat kita.
Aku pribadi kurang tahu apakah minat baca masyarakat kita serendah yang disebutkan di artikel-artikel ilmiah barusan, tapi aku sadar kalau banyaknya buku yang dibaca oleh masyarakat kita masih rendah. Bagi masyarakat kita, membaca buku bukanlah suatu kebutuhan. Buku masih dianggap sebagai barang yang tidak lazim dimiliki dan membaca masih dianggap sebagai hobi yang mahal.
Namun, dewasa ini, sudah semakin banyak masyarakat yang mengerti akan pentingnya membaca. Banyaknya pengakses situs semacam webtoon dan watpadd merupakan indikasi awal minat baca masyarakat yang sebenarnya tidak begitu menyedihkan. Hal ini adalah kabar gembira bagi kita, orang-orang yang bergerak di bidang literasi. Namun, mulai munculnya minat baca ini tidak dibarengi dengan kemampuan membaca yang tinggi. Banyak diantara masyarakat yang memiliki minat membaca yang tinggi namun tidak bisa menyalurkan minatnya itu karena tidak diperolehnya bahan bacaan yang sesuai dengan minat mereka.
Ada beberapa masalah yang menurutku cukup krusial, yang menjadi penyebab tidak terhubungnya masyarakat yang memiliki minat baca dengan bahan bacaan yang sesuai
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akses
Sebagai gadis lugu yang menghabiskan hidup di sebuah kota kecil dengan keadaan toko buku yang demikian, patut diakui bahwa akses terhadap keberadaan buku-buku berkualitas masih menjadi masalah serius yang harus dicari pemecahannya. Di toko buku yang ada di kotaku (dan mungkin kota kecil lainnya), buku yang dipajang di toko buku cenderung buku-buku lama yang kurang menarik. Di setiap toko buku yang ada di sini, justru lebih sering memajang alat tulis kantor alih-alih buku terbaru.
Kurangnya akses terhadap buku inilah yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk membeli buku, karena, ya, kenapa harus beli buku yang nggak menarik?
Jadi, kenapa nggak beli buku secara online?
Jangan pernah menyarankan belanja online kepada masyarakat yang nyisain duit buat beli buku aja harus nabung dulu, apalagi harus ditambah ongkos kirim, apalagi belum kenal internet banking dan ATM jauhnya dua kali jarak rumah ke sekolah, jangan.
Lalu, kenapa nggak beli e-book?
Masyarakat sekarang belum seluruhnya paham tentang arti e-book, dan belum memiliki gadget yang memadai untuk membaca lewat e-book.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Harga
Masalah utama dalam meningkatkan minat baca masyarakat, selalin akses terhadap keberadaan buku, adalah harga. Harga novel dengan ukuran standar saat ini sudah mencapai sekitar 70.000. Bagi masyarakat kita, nilai demikian buaknlah nilai yang kecil. Bahkan untuk anak kos sepertiku, nilai tersebut sudah cukup untuk belanja bulanan kebutuhan seminggu ke depan atau untuk makan selama tiga hari.
Masyarakat juga belum menempatkan buku sebagai puncak dari daftar prioritas. Biaya untuk pulsa, paket internet, dan gadget masih berada jauh di atas buku dalam hal prioritas ini.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ternyata masalah utama dalam meningkatkan minat baca ini merupakan masalah yang cukup complicated, dan butuh penyelesaian jangka panjang. Bagaimana menyediakan akses yang baik dan harga yang terjangkau untuk buku-buku merupakan suatu maslaah yang sulit dicari penyelesaiannya dalam waktu singkat. Peran serta dari berbagai pihak harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah ini.
Penggalakan kegiatan berkunjung ke perpustakaan dan taman baca, misalnya, bagi daerah yang sudah memiliki perpustakaan dan taman baca. Aku rasa perlu juga untuk masyarakat tahu lebih banyak tentang e-book, apalagi sekarang pembayaran e-book sudah bisa melalui banyak metode pembayaran yang lebih praktis dan masyarakat yang memiliki gadget yang compatible pun sudah cukup banyak.
--widywenny^^
creds: tumblr.com, quotestagram.com
letak toko buku jauh dari rumah, bisanya ya dari hadiah GA ato ga beli online. kalo ke tokbuknya bisa setahun sekali.
ReplyDeletesetuju seklai emang miris melihat realita minat baca masyarakat indonesia yg kurang greget..
sayang banget ya akses ke toko buku masih jauh, bikin minat baca makin menurun :(
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBerbicara tentang akses buku, sama seperti postingannya kk Alvina. Di mana masyarakat luar Jawa kurang mendapat fasilitas seperti apa yang didapat di Jawa (kurang lebih kek gitu sih yang aku baca tadi, hehe)
ReplyDeleteSelain itu aku juga setuju sama Kak Wenny. Faktor harga sangat berpengaruh. Indonesia termasuk negara berkembang, yang mana beli beras dan tetek bengeknya lebih penting ketimbang membeli bahan bacaan. Aku pun juga merasakan begitu. Berhubung aku masih pelajar dan uang juga masih dari orang tua, untuk membeli buku saja kadang masih pikir2. Kadang ya nabung. Dua bulan ini aja nggak beli buku satu pun. Tapi alhamdulillah stok bacaan tetep aja ada, hehe.
Postingan yang bagus Kak!
nah, masalah harga ini juga yang membuatku sampai sekarang masih jadi... ordo buntelan. hahaha *melipir*
Deleteiya, harga buku di sini mahal... memang harusnya perpustakaan yang layak dan lengkap jadi menu wajib di setiap daerah di indonesia, jadi memang bisa membuka akses lebih lebar untuk masyarakat ke dunia buku dan membaca...
ReplyDeletesemoga pendirian perpustakaan bisa mulai merambah ke kota-kota kecil dan pelosok ya mbak...
Deleteitu masalah yg byk dihadapi oleh masyarakat yg wilayah desa. Namun sekarang di tiap desa dan kecamatan sdh ada perpustakaan shg diharapkan masyarakat bs memanfaatkannya.
ReplyDelete