Judul: Hujan Punya Cerita tentang Kita
Penulis: Yoana Dianika
Penerbit: Bukune
ISBN13: 9786022200413
Jumlah halaman: 278
Tanggal terbit: 17 April 2012
Tanggal baca: 29-30 Mei 2016
Rating: 2/5
"...Aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan: aku ingin hari depanku selalu bersamamu..."
Kinanthi atau Kie, tadinya tak begitu suka ketika harus mengikuti kegiatan KKN yang diadakan oleh kampusnya. Baginya, beradaptasi dan bertemu orang-orang baru bukanlah kegiatan menyenangkan. Namun apa boleh buat, ia harus tetap mengikuti kegiatan itu. Di timnya, ia dipertemukan dengan Krisanti, Rangga, dan Azar. Bersama ketiganya, ia mengalami kisah cinta yang rumit.
Kie yang menderita phobia terhadap petir, sedangkan Rangga yang sangat menyukai bau hujan, mungkin bertolak belakang. Namun Rangga dengan setia selalu menemani Kie dan meyakinkan Kie agar tak lagi khawatir tiap kali hujan datang. Azar yang mencintai Kie tak punya pilihan selain membiarkan Kie bahagia dengan orang lain. Sementara Krisan yang masih mengharapkan Rangga khawatir tidak ada lagi yang bisa menerimanya setelah mengetahui masa lalunya yang hanya diketahui Rangga.
Namun, memang, kisah cinta tak selalu berjalan sempurna...
---
Yak, sejujurnya yang membuatku tertarik untuk membaca buku ini adalah karena ada embel-embel KKN. Ya, kurang dari sebulan lagi aku berangkat KKN, dan yha semoga nggak ada cinlok-cinlokan sebaper mereka berempat -_-
Hujan Punya Cerita tentang Kita adalah karya Yoana Dianika pertama yang berhasil kubaca. Aku suka judulnya, begitu menarik dan Indonesia banget. Ekspektasiku saat membaca judulnya adalah aku akan membaca suatu cerita cinta yang memorable dan manis. Dan aku juga suka banget sama covernya. Lovable banget. Sayang font judulnya gitu doang hahaha...
Ketika membaca lembar-lembar awal, aku merasa bosan. Aku agak kurang suka dengan gaya penulis di bagian ini. Sebagaimana banyak dikeluhkan beberapa reviewer di goodreads juga, penulis tampaknya terlalu detail dalam menggambarkan fisik (termasuk pakaian yang dikenakan) sang tokoh. Dalam sekali mendeskripsikan, penulis butuh dua bahkan sampai tiga paragraf, lho! Dan sepertinya penulis juga kurang puas dengan sekali deskripsi fisik untuk masing-masing tokoh. Aku sampai skip baca setiap ketemu bagian penulis menuliskan deksripsi-deskripsi semacam ini.
Dan untuk prolog, sejujurnya aku sangat kecewa. Dengan membaca prolognya saja, aku sudah berhasil menebak alur cerita secara umum. Dan ketika pertama kali penulis menghadirkan sosok para orang tua, aku juga jadi paham konflik utama apa yang akan terjadi. Dan, viola, there it is!
Padahal menurutku, andai saja saja tiada spoiler terselubung di dalam cerita, konflik ini cukup shocking.
Alur cerita yang dihadirkan oleh buku ini cenderung slow di awal, tapi di bagian tengah cerita ketika masalah demi masalah mulai timbul, tensinya mulai tinggi. Semakin mendekati akhir cerita, semuanya semakin rumit.
Aku suka ketika Yoana Dianika menghadirkan "dosa" bagi masing-masing tokoh yang ia buat di novel ini. Memang pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, kan, apalagi tokoh fiksi. Dosa inilah yang sekarang mulai lupa diperhitungkan oleh penulis-penulis di luar sana. Akhir-akhir ini aku terlalu banyak membaca cerita dengan tokoh yang serbasempurna.
Ending, aww, shocking. Aku sempat ngomel sendiri.
Kalimat berikut ini mengandung spoiler, makanya aku ketik dengan huruf berwarna putih:
Ini kenapa tokohnya nggak ada yang bener sih? Ya, dosa sih dosa, tapi kenapa tokohnya pendosa semua? Kan jadi sedih.
To whom I recommend: buat yang pengen bacaan ringan dan pengen ngisi waktu luang aja sih.
--widywenny^^
creds: tumblr.com, weheartit.com
sesekali ingin coba juga menulis review.trims atas sudut pandangnya
ReplyDeleteyuk mulai menulis review! terima kasih sudah berkunjung ^-^
Delete