Friday, January 19, 2018

Mengungkap Misteri Hantu Penginapan dalam "A Hole in The Head"



Rencana Ann, gadis kecil berusia tiga belas tahun, untuk berlibur bersama neneknya gagal di saat-saat terakhir. Hal ini karena tantenya mendadak melahirkan sebelum due date dan neneknya akan sibuk mengurusi cucu barunya itu. Maka ibunya memutuskan agar Ann bisa berlibur dengan keluarga ayah Ann di Lauterbrunnen, Swiss. Di tempat tersebut, ayahnya yang sudah menikah dengan Mama Nina, mengelola penginapan warisan keluarga bernama Monchblink Inn. Penginapan itu pernah menjadi penginapan paling populer di Lauterbrunnen. Sayangnya, rumor tentang gangguan makhluk halus membuat penginapan itu tak lagi seramai dulu.

Banyak pengunjung yang mengeluhkan adanya bunyi derap langkah hingga tangisan bayi misterius. Bahkan di sebuah kamar, tepatnya di kamar 303, pengunjung merasakan hawa aneh. Bahkan Ann sendiri juga merasakannya.

Bersama Jo, cucu dari koki penginapan yang seusia dengannya, Ann bertekad untuk mengungkap misteri yang membuat penginapan ayahnya sepi pengunjung.

"Ada perbedaaan besar antara memiliki pemikiran terbuka dengan memiliki lubang di kepalamu sehingga otakmu bocor keluar."

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



A Hole in The Head adalah buku kedua Annisa Ihsani yang kubaca setelah A Untuk Amanda. Sejauh yang sudah kubaca, salah satu ciri khas dari karya penulis yang satu ini adalah gaya bahasanya yang baku dan terbaca seperti sebuah karya terjemahan, namun tetap memberikan vibe yang unik dan "Annisa Ihsani banget". Aku sangat menyukainya.

Cara penulis mendeskripsikan latar tempat, tentang keindahan Lauterbrunnen sangat baik. Hal ini membuatku bisa mengembangkan imajinasi tentang tempat tersebut, sehingga bisa membayangkan suasana lokasi wisata dengan deretan gunung, air terjun, dan sungai. Ah, aku jadi ingat kalau aku belum piknik 😅.

Cerita ini merupakan cerita remaja dengan tokoh utama, Ann, yang berusia tiga belas tahun. Aku jarang membaca cerita dengan tokoh seusia Ann, sehingga membaca cerita ini merupakan pengalaman yang unik bagiku. Mungkin disesuaikan dengan usia tokoh ini, penulis tidak menghadirkan konflik yang pelik. Permasalahan yang dihadirkan sederhana, dengan nuansa cerita detektif cilik.

Konflik yang sederhana ini didukung dengan karakter Ann yang begitu polos. Pada beberapa bagian cerita, aku sempat mengamati bahwa Ann merupakan tipe anak (atau setidaknya awal remaja) yang spontan dan tidak pikir panjang sebelum bertindak, namun sangat berani menghadapi tantangan. Satu lagi yang membuat Ann unik adalah ketertarikannya pada trik sulap, dan bahkan bisa mengaplikasikan trik tersebut untuk menjalankan aksinya membongkar misteri penginapan. Walau tidak diceritakan lewat sudut pandang orang pertama, karakter ini tetap begitu hidup dan mudah membuat pembaca jatuh cinta.

Hal lain yang kusukai dari cerita ini adalah bahwa penulis juga memberikan beberapa ilmu yang berkaitan dengan misteri ini, serta memasukkan isu perubahan iklim dari sisi Indira, ibu Ann, untuk melengkapi cerita. Aku selalu suka dengan cerita yang membuatku ingin mempelajari hal-hal baru. karena itu adalah gunanya membaca, betul? Dan satu lagi yang kupelajari, sepertinya ilmu-ilmu ini juga salah satu ciri khas penulis.

"Pesulap dan paranormal sama-sama membohongi penontonnya, tapi seorang pesulap terlebih dahulu memberi tahu penontonnya bahwa mereka akan dibohongi."

Soal akhir cerita, sebenarnya aku masih kurang puas. Sebagai pecinta tokoh antagonis yang jahat, aku sebenarnya merasa bahwa tokoh antagonis di sini kurang jahat (kalau istilahku, penjahatnya kurang brengs*k). Dan penyelesaian masalahnya terlalu datar (kalau aku jelaskan, akan membuat review ini mengandung spoiler, jadi mari kita cukupkan saja). Perlu dicatat bahwa paragraf ini ditulis oleh pecinta penjahat brengs*k, jadi pendapatmu bisa saja berbeda.

Ada beberapa hal yang bisa pembaca petik dari kisah Ann dan misteri penginapan Monchblink Inn, salah satunya adalah tentang lebih mengamati hal-hal yang ada di sekitar kita sebelum mulai mencurigai hal-hal yang jauh. Kalau kata pepatah, gajah di pelupuk mata tak tampak, namun semut di seberang sungai tampak. Semoga kita selalu ingat untuk memperhatikan yang ada di dekat kita dahulu.

Ngomong-ngomong soal covernya, aku agak menyayangkan karena dengan perpaduan warna yang mati ini, A Hole in The Head tampak sangat tidak menarik perhatian di display toko buku. Alangkah lebih baik jika warnaya tidak se-mati ini, karena persaingan sampul buku di toko buku itu keras, jenderal!


Judul: A Hole in The Head
Penulis: Annisa Ihsani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020377445
Jumlah halaman: 232
Tanggal terbit: 30 Oktober 2017
Tanggal baca: 15 Januari 2018

Rating:
⭐⭐⭐


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamu sudah baca? Bagaimana menurutmu?

7 comments:

  1. Gaya bahasanya cocok ya sama latar tempatnya...

    ReplyDelete
  2. iya bener banget,, covernya agak kurang menarik menurut saya
    Padahal dari reviewnya spritx ceritanya menarik sekali.

    ReplyDelete
  3. Wah, biasanya cover buku Gramedia selalu menarik ya. Padahal tadi sempet nyangka ini indie publishing, hehe

    ReplyDelete
  4. Aku suka bgt buku2 tentang misteri..
    Gaya bahasanya menarik bgt tapi mudah dipahami. Aku tertarik baca jg nih bukunya dari mba annisa ini.

    ReplyDelete
  5. Wah aku kemarin beli buku ini. Ternyata cerita misteri ya. Kupikir cerita anak-anak. He

    ReplyDelete
  6. makasih reviewnya, aku suka dg cerita misteri

    ReplyDelete
  7. Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang terbaru? bila belum baca Prediksi Togel HKG

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...