Saturday, August 5, 2017

[Review] Matahari - Tere Liye



Judul: Matahari (Bumi, #3)
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020332116
Jumlah halaman: 390
Tanggal terbit: 25 Juli 2016
Tanggal baca: 30 Juni-1 Juli 2017

“Dunia paralel itu seperti lapangan luas yang di dalamnya ada lapangan voli, basket, sepak bola, serta bulu tangkis secara simultan. Keempat klan ada di atas lapangan yang sama, empat pertandingan berlangsung serentak, tanpa pemain saling ganggu, karena mereka dipisahkan oleh keberadaan fisik yang berbeda.”

Raib, Seli dan Ali kembali menjalani kehidupan normal setelah petualangan mereka di Klan Matahari (baca: Bulan). Namun ada yang berbeda dengan Ali kali ini: ia, yang selama ini cuma jadi anak pemalas, akhr-akhir ini justru jadi bintang lapangan basket. Ia dipuja-puja oleh seantero sekolah. Untunglah, setidaknya hal itu cukup mengurangi celotehannya tentang Klan Bintang selama ini.

Namun ternyata salah, obsesi Ali pada Klan Bintang yang keberadaannya misterius itu tak pernah berkurang. Ia bahkan sudah menyusun rencana matang, mempersiapkan segala keperluan perjalanan, dan yang paling penting adalah ia sudah menemukan di mana klan paling maju itu berada.

Perjalanan pun dimulai.

Sayangnya mereka tak tahu, kehadiran mereka mungkin tidak diharapkan. Pemimpin Klan Bintang tidak mengizinkan orang dengan kekuatan klan lain untuk berada di sana. Mereka akhirnya sadar, perjalanan yang hanya berbekal rasa ingin tahu ini mulai berbahaya.

Dan mereka pun akhirnya sadar, ada sebuah rencana jahat yang membahayakan manusia dari semua klan.

“Ini titik di mana kami tidak bisa lagi mundur atau mengubah rencana. Hanya bisa fokus terus maju.”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Matahari adalah buku ketiga dari serial Bumi-Bulan-Matahari-Bintang-Komet-(dan entah apakah ada buku selanjutnya atau tidak). Masih berkisah soal petualangan tiga sahabat di dunia paralel, dan kali ini perjalanan mengambil latar tempat di Klan Bintang.

Yang aku suka dari Matahari adalah tensi cerita yang rapi alias tidak naik-turun seperti Bulan. Alur cerita juga rapi, mudah diikuti.

Dalam cerita ini, aku semakin mencintai tokoh Ali karena, hai, dia cerdas sekali. Yang agak aku sayangkan adalah Tere Liye kurang detail dalam menjelaskan betapa cerdasnya tokoh yang satu ini. Maksudku, bagaimana Ali akhirnya menemukan lokasi Klan Bintang masih kurang sreg buatku. Bagaimana Ali tiba-tiba tahu kalau Klan Bintang ada di bawah tanah? Ia menemukan lubang mana yang harus dimasuki lewat teknologi yang ia temukan, tapi penjelasan tentang bagaimana bisa Ali tahu bahwa Klan Bintang ada di bawah sana masih belum punya dasar logika yang kuat. Dan yang kuharapkan adalah penulis menjelaskan lebih banyak tentang kapsul buatan Ali yang canggih banget itu. Sayangnya, aku tidak menemukan yang kuharapkan. Oke, Ali cerdas, namun kecerdasannya mungkin bukan hal yang disoroti oleh Tere Liye sehingga ia tidak menaruh porsi yang cukup untuk kecerdasan itu ambil stage.

Untuk karakter yang lain, sejujurnya aku tidak terlalu attracted pada mereka jika dibandingkan dengan rasa tertarikku pada Ali. Aku kurang tertarik pada Seli karena karakternya memang sejak awal tidak terlalu menarik. Ia bukan tipe orang yang percaya diri; namun yang membuatku menyukainya adalah kekuatannya yang menurutku paling keren di antara teman-temannya, apalagi di setiap buku kekuatannya selalu berkembang secara mengagumkan. Lain halnya dengan Raib, sebagai tokoh utama yang mengantarkan pembaca pada cerita, ia memiliki karakter yang lebih kuat. Ia percaya diri, bertekad kuat sekaligus keras kepala, namun bagiku karakter Ali tetaplah di hati.

Sekali lagi: tokoh favoritku tetaplah Ali. Terutama di buku ini, karena karakternya berkembang dengan sangat baik; sementara untuk kedua tokoh lainnya, perkembangan lebih banyak terjadi pada kekuatan mereka.

Matahari berfokus pada petualangan, namun world building juga tetap berjalan. Penulis sangat detail dalam menggambarkan berbagai latar tempat dalam cerita ini. Saking detailnya, pembaca dapat pengetahui ukuran persis dari tiap ruangan di klan ini dan mengetahui ketinggian kapsul hingga ke satuan kilometer. Yang membuatnya agak ganjil adalah karena novel ini diceritakan lewat sudut pandang orang pertama dari sisi Raib. Bagaimana Raib bisa sampai tahu ruangan itu sisinya berapa kilometer padahal dia belum sempat mengukur tiap ruangan dari ujung ke ujung?

Masalah sudut pandang ini juga mendapat perhatianku. Beberapa kali Raib sedang berada di suatu tempat, namun secara ajaib ia juga tahu kejadian yang terjadi di tempat lain.

Sejauh ini, dari tiga buku serial Bumi yang sudah kubaca, Matahari adalah buku dengan setting paling baik dan keseruan yang paling terasa dibandingkan kedua pendahulunya. Tokoh baru yang muncul, Faar, juga nggak kalah keren dibandingkan tokoh-tokoh utamanya.

“Jangan cemaskan sesuatu yang belum terjadi, Nak. Kita selalu bisa mengubah jalan cerita dengan ketulusan.”

Ending Matahari adalah jenis ending yang memaksa pembacanya untuk langsung mengambil buku selanjutnya dan membacanya. Untungnya aku membaca Matahari saat Bintang sudah terbit.

Rating:
⭐⭐⭐⭐

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kamu sudah baca Matahari? Bagaimana menurutmu?

Ps: Ini kayaknya cuma aku, tapi aku terganggu banget sama jokes jayusnya Tere Liye soal dunia per-Korea-an. Akoe terpitjoe. Ini Tere Liye belum pernah nonton G-Dragon live apa ya?
Kamu juga belum, Wen.

Baca juga:
Bintang (#4)

1 comment:

  1. Kayaknya aku juga pernah mengalami sebuah rasa penasaran ketika ada cerita yg mengantung dari buku Tere Liye ini, seperti halnya kamu yang mengatakan "bagaimana Ali akhirnya menemukan lokasi Klan Bintang"

    Aku pikiran mungkin penulisnya sengaja gak sempurnakan cerita dari yg beliau tulis, mungkin biar lebih berkesan dengan rasa penasaran yg hinggapbdi setiap kepala pembacanya. Tapi aku cukup puas membaca karya2 dari Tere Liye selama ini. Cukuplah membuatku ikut berimajinasi seperti halnya yg beliau ceritakan di novel tersebut.

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...