Tuesday, January 30, 2018

Mengulang Masa SMA bersama "Jackson"



STORY LINE:
Jackson adalah nama panggung seorang penyanyi ibu kota berusia 22 tahun yang karirnya tengah merangkak di dunia musik tanah air. Musiknya telah memperoleh berbagai pencapaian, salah satunya adalah dengan pencapaian 500.000 pendengar di aplikasi streaming digital yang baru saja dirayakannya beberapa waktu yang lalu. Ia juga akan merilis lagu baru, dan tengah mengadakan audisi untuk mencari pemeran dalam video musik lagu tersebut.

Mungkin, Jackson adalah cerminan sosok publik figur yang terlihat selalu hidup glamor dan bahagia dengan semua pencapaian yang diperolehnya, tetapi di balik itu, ia punya sisi lain yang tidak ia perlihatan di depan kamera. Abraham Juniarto, atau Bram, adalah nama aslinya. Dan di balik kesuksesan yang Bram miliki sekarang, ia menyimpan luka yang teramat dalam.
"Kejadian tiga tahun lalu sempat membuatnya kehilangan penggemar, sempat membuatnya enggan bermusik lagi. Butuh beberapa bulan bagi Bram untuk kembali bangkit, tapi ia tidak akan pernah melupakannya."
Kematian kedua orang tuanya lima tahun lalu menyisakan luka di hatinya. Ditambah lagi, kejadian tiga tahun lalu pun menyebabkan trauma yang belum sembuh benar, bahkan ia membutuhkan psikiater untuk membantunya mengatasi gejala anxiety yang dideritanya. Satu hal lagi yang tidak publik ketahui adalah keputusannya untuk berhenti sekolah lima tahun lalu.
Sebuah fakta yang akan membawamu pada cerita ini: Bram belum lulus SMA.

Karena itu, Opa Bram memutuskan untuk kembali mengirim Bram untuk melanjutkan pendidikan SMA-nya.
"Aku mau kembali sekolah, tapi harus di sekolah lamaku, juga tinggal di rumah lamaku. Rumah yang sama seperti lima tahun lalu, juga lengkap dengan orangtua yang utuh... papa dan mama."
Syarat yang rumit tidak membuat Opa Bram kesulitan, karena syarat ini memiliki sebuah lubang yang tidak Bram sadari. Dan di sinilah ia sekarang: kembali menjadi siswa SMA Masehi, dan tinggal bersama "keluarga baru"-nya. Bram berharap tidak dikenali sebagai artis oleh kawan-kawan barunya, karena tentu saja, hal itu akan sangat merepotkan.

Keluarga barunya terdiri dari empat orang: pasangan suami-istri Adi dan Martha, serta dua anak perempuan mereka, Nana dan Diana. Nana, salah satu anak di "keluarga baru"-nya, yang belakangan menjadi teman sekelasnya pula, memang mengenalinya sebagai artis. Namun Nana jelas bukan fansnya. Nana justru membencinya setengah mati. Namun, kenapa Nana begitu membencinya? Mereka bahkan baru saja bertemu.
"Tapi pernah nggak sih kamu mikir dari sisi keluargaku? Gimana kami harus ketemu... tiap hari, bahkan tinggal seatap dengan kamu..."

Judul: Jackson
Penulis: Lia Indra Andriana
Penerbit: Inari
ISBN13: 9786026682130
Harga: Rp79.000
Jumlah halaman: 350
Tanggal terbit: Januari 2018
Tanggal baca: 26-27 Januari 2018

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


MY THOUGHT:
Terkadang, apa yang kamu lihat di layar sungguh berbeda dengan apa yang terjadi di baliknya. Semua yang indah itu mungkin hanya semu. Kamu mungkin tidak sadar, di balik gemerlap flashlight kamera, ada trauma yang masih tersisa. Atau mungkin, ada rahasia yang tersembunyi. Riwayat pendidikan, misalnya.
Kamu bisa membayangkan, laki-laki seusiaku, kembali duduk di bangku SMA? Aku tidak. Jadi aku memutuskan untuk membaca Jackson agar aku tahu bagaimana rasanya.

Jackson, sang artis ibukota yang harus menyelesaikan pendidikan SMA-nya, membawa kita pada sebuah cerita yang unik. Cerita tentang cinta, persahabatan, dan kekeluargaan.

Jackson a.k.a Bram, bad boy "tua" ini aku pakai tanda kutip karena Jackson seumuran denganku dan aku merasa belum setua itu kesayangan, bersikap semau-gue tetapi bisa serius pada kesempatan tertentu. Yang membuatku suka dengan tokoh ini adalah karena dia memiliki dua sisi kepribadian: di satu sisi, ia begitu semau-gue dan menikmati hidupnya dengan bahagia, namun di sisi lain ia menampilkan diri sebagai orang yang bisa terluka karena sebuah kejadian traumatis di masa lalu.


Dengan usianya yang lima tahun di atas teman-teman sekelasnya, Bram bisa membaur baik dengan mereka. Bagiku, Bram membaur dengan sangat baik sehingga sifatnya mirip dengan siswa SMA pada umumnya, tidak menampakkan kedewasaan tertentu melihat umurnya yang sudah sekian (namun, perlu digarisbawahi bahwa aku adalah seorang pecinta bad boy, sehingga semakin cowok itu berengsek dan kekanak-kanakan, aku justru semakin suka).

Nana, cewek SMA (betulan) yang sangat membenci Bram, tapi ironisnya justru harus tinggal serumah dan sekelas pula dengan cowok itu. Alasan mengapa Nana membenci Bram sebenarnya mudah ditebak sejak awal. Satu hal yang membuatku heran dengan tokoh yang satu ini adalah bahwa menurutku dia orang yang plinplan. Aku memang lebih kritis tentang tokoh cewek daripada cowok, jadi sebaiknya kamu iyain aja.

Aku sangat menyukai interaksi kedua tokoh ini. Mereka sering bertengkar, tentu saja, tetapi mereka bertengkar dengan begitu kocak (aku membaca buku ini saat sedang ada temanku di kamar dan kamu harus tanya dia bagaimana aku ketawa-ketawa nggak jelas saat membaca buku ini).

Membaca tentang Bram yang akan tinggal di keluarga baru, apa kamu bisa menebak apa yang sangat kuharapkan dari cerita ini? Kalau kamu menebak bahwa aku akan sangat mengharapkan interaksi keluarga yang heartwarming, maka itu berarti you know me so well (atau mungkin kita jodoh). Aku selalu suka dengan cerita bertema kekeluargaan, dan, dengan sangat menyenangkan, aku menemukannya di novel ini. Aku sangat suka dengan interaksi Martha dan Bram, juga bagaimana Bram bisa merasakan keluarga itu sebagai keluarga sesungguhnya. Kamu harus tahu bagaimana perasaanku saat membaca kata terakhir dari novel ini. Uh, that feel...

Ada satu tokoh lagi yang harus kuperkenalkan padamu: Gina, sahabat Nana. Gina adalah fans berat Jackson, dan ia tahu mengapa Nana bisa sebenci itu pada idolanya. Yang membuatku suka pada Gina adalah, bagaimanapun ia mengidolakan Jackson, ia tetap menghormati perasaan Nana.
Begitulah esensi dari persahabatan, bukan, saling menghormati perasaan sahabat kita, walau itu bertentangan dengan perasaan kita?


Di novel ini, aku mulai mempelajari gaya bercerita penulis. Kalimatnya ngalir, enak banget buat dibaca, membuatku rela begadang karena nggak tega untuk menjedanya. Lagipula, menurutku, Jackson adalah tipe cerita yang sebaiknya dibaca dalam sekali tau dua kali duduk saja, karena ketika aku sempat menjedanya, aku butuh waktu untuk membangkitkan feelnya kembali.

Aku masih menemukan beberapa saltik, walaupun tidak banyak. Yang sempat kugarisbawahi adalah adanya perubahan usia dan nama salah satu tokoh. Aku berharap untuk ke depannya, penulis atau editor lebih memperhatikan hal-hal kecil ini.

Bagiku, cerita ini kocak dan heartwarming dalam sekali gigit. Sederhana, namun berhasil membuatku menikmatinya. Satu pesanku: selesaikan sekolahmu segera, jangan sampai kamu disuruh meneruskan masa SMA-mu pada usia dua puluh sekian. Karena tidak semua sekolah mau menerima manusia uzur sebagai siswanya.

Ps: covernya bagus nggak sih? 😍

Rating:
⭐⭐⭐⭐

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagaimana, siap mengulang masa SMA?
Bagaimana menurutmu, kamu pengin baca juga?


1 comment:

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...