Judul: Alien IItu Memilihku
Penulis: Feby Indirani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020305417
Jumlah halaman: 308
Tanggal terbit: Juni 2014
Tanggal baca: 19 Januari 2017
"Tepat saat aku merasa segalanya sudah dipersiapkan dengan baik, takdir ternyata menelikung rencanaku. Hidupku tidak lagi bisa disebut membosankan. Mengerikan, kini lebih tepatnya."
Tuhan selalu punya cara, mereka bilang. Sesuatu, yang Indah sebut sebagai alien, mulai mencengkeram paha kirinya.
"Pahaku yang sebesar pepaya mengkal terasa berdenyut-denyut. Aku membayangkan jari-jari alien itu tumbuh semakin besar dan bergerak aktif mencengkram tulang. Makhluk asing yang menjadi kian kuat dari waktu ke waktu. Aku bergidik ngeri membayangkan alien itu menelusup di balik kulit – dalam diam namun sangat gesit – melancarkan peperangan dan upaya merebut kekuasaan atas tubuhku”
Bolak-balik ke Singapura, sempat mengalami salah diagnosis yang berakhir dengan operasi, melewati segala macam pengobatan tradisional, akhirnya diagnosis itu muncul: kanker tulang. Ewing Sarcoma.
Ewing Sarcoma merupakan satu jenis kanker yang menyerang tulang atau jaringan lunak di sekitar tulang, seperti jaringan tulang lunak yang ada di ujung-ujung tulang keras (kartilago) dan jaringan saraf; dan jenis kanker ini seringkali muncul di tulang-tulang bersifat panjang dan keras, misanya tulang di anggota gerak (kaki dan tangan), salah satunya tulang paha. Merupakan salah satu jenis kanker ganas yang langka, di mana kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Lebih sering ditemui pada pria dibandingkan wanita, dan lebih banyak ditemukan pada bangsa kulit putih dibandingkan Afrika-Amerika atau Asia-Amerika. Dari fakta-fakta ini, jelas terlihat bahwa kasus Indah adalah kasus yang langka. Dan, begitulah rencana Tuhan, Indah-lah yang terpilih.
Kanker adalah sel - selmu sendiri yang tiba - tiba berkembang liar, ganas, dan siap memangsamu. Sel-sel itu bisa dianggap sebagai bagian tubuhmu yang membelot, mengkhianatimu dan menjelma jadi makhluk asing yang tak terkendali.
Buku ini berkisah tentang perjuangan Indah Melati Setiawan sebagai seorang survivor kanker ganas Ewing Sarcoma. Di sini, pembaca bisa mengikuti kisah sejak Indah masih hidup selayaknya wanita ibukota yang sukses dengan karirnya, kemudian mengalami gejala-gejala kanker, berusaha menjinakkan sel-sel kanker, sampai akhirnya remisi. Apa itu remisi? Potong masa tahanan? Oh, bukan...
Remisi dalam kondisi kanker berarti sel kanker memberikan respon terhadap pengobatan berupa absennya penyakit selama sekurang-kurangnya satu bulan. Macam-macam remisi antara lain:
Remisi total (complete remission): kanker sudah tidak menunjukkan gejala, dan sel kanker sudah tidak ditemukan lagi baik melalui CT-scan, MRI, atau PET scan.
Remisi parsial (partial remission): kanker masih terdeteksi namun sudah terjadi penurunan ukuran.
Remisi spontan (spontaneous remission): kanker mengalami remisi walaupun tidak dilakukan tritmen. Hal ini sangat jarang terjadi.
Yang menyedihkan, menurut Indah, adalah bahwa kanker tidak akan pernah bisa sembuh. Yang ada hanyalah remisi, di mana sel kanker tidak muncul dalam periode waktu tertentu, namun bisa jadi suatu saat ia akan kembali menggerogoti tubuh saat tubuh itu lengah.
Dan pengkhianatan kembali terjadi.
Pengobatan kanker bukan perkara sederhana. Ada tiga metode medis untuk mengobati kanker saat ini, yaitu pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Dan Indah sudah menjalani ketiganya.
Dokter Suresh Nathan, spesialis tumor yang bersikeras menolak mengamputasi kaki Indah, melakukan operasi segera setelah alien itu mematahkan tulang paha Indah, demi mencegah metastasis sel kanker. Metastasis sendiri adalah penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lain dari pasien. Namun operasi itu bukannya tanpa konsekuensi. Radiasi dilakukan setelah operasi, untuk membersihkan paha Indah dari akar-akar alien. Efek sampingnya tak kalah ganas. Sedangkan kemoterapi dilakukan untuk membersihan sel kanker dari seluruh tubuh. Ya, kemoterapi, yang sinetron banget itu, tapi mengerikan jika diceritakan langsung oleh mereka yang mengalaminya.
Ngomong-ngomong soal diagnosis dan pengobatan kanker, aku sempat gemas saat Indah mulai merasakan pahanya membesar namun justru mencari kesembuhan ke pengobatan alternatif (Shinsei dan lain-lain). Bukannya mentang-mentang aku anak medis kemudian jadi antipati sama pengobatan alternatif. Pengobatan jenis ini memang sangat bermanfaat, sudah banyak tanaman yang setelah diteliti ternyata mengandung zat yang baik bagi pengobatan penyakit tertentu, akupuntur juga berpengaruh baik pada kesehatan asla dilakukan dengan tepat. Selama pengobatan alternatif dilakukan secara Evidence-based (bahasa kerennya: ilmiah), hal ini tidak masalah, bahkan seringkali menguntungkan. Namun untuk kanker, ceritanya lain.
Bisa dibilang, kanker adalah penyakit paling kompleks. Seperti yang juga ditulis di buku ini, tidak ada kata sembuh untuk kanker, yang ada hanyalah remisi. Namun untuk mencapai titik remisi ini, pengobatan yang telaten harus dilakukan. Dan pengobatan penyakit ini jelas berbeda dengan penyakit lain. Dalam pengobatan kanker, dibutuhkan obat yang cerdas, spesifik, tepat menuju sel yang ingin dibunuh. Hal inilah yang tidak dimiliki senyawa alami, karena senyawa alami bersifat general, umum, nggak spesifik. Dan jawaban dari masalah spesifisitas ini, tentu saja, senyawa sintetis. Buatan manusia. Yang untuk menemukan satu senyawa saja butuh waktu sekian puluh tahun dengan mengorbankan sekian ribu hewan uji.
Apakah dengan menggunakan senyawa hasil buatan manusia itu, masalah pengobatan kanker seketika terpecahkan? Obat mungkin sudah cocok, tapi masalah sehat dan sakit, hidup dan mati tetap di tangan Tuhan, karena setiap individu memiliki kondisinya masing-masing. Dan apakah senyawa buatan manusia ini sudah sempurna? Belum. Obat kanker ditujukan untuk membunuh sel "pengkhianat", namun sel normal pun kadang terkena imbasnya. Mereka sama-sama sel, bung, dan sebagaimana kita sebagai manusia, obat pun kadang sulit membedakan mana pengkhianat dan mana yang bukan. Yang sering kita lihat di sinetron itu, rambut rontok, mual-muntah hebat dan lain sebagainya, adalah bukti ketidaksempurnaan ini.
Kemoterapi bukan hal yang mudah. Untuk mencapai kesembuhan, seorang pasien harus kuat menghadapi efek samping obat yang luar biasa. Namun Indah mampu menghadapi itu semua, menyelesaikan siklus kemoterapinya yang banyak banget itu, dan bertahan hidup.
Membuat memoar berdasarkan kisah hidup orang lain bukanlah hal mudah, aku paham betul itu. Dan Feby Indirani berhasil memilah mana hal yang menarik untuk ditulis, dan kemudian menemukan cara brilian untuk menulisnya. Dalam kisah ini, ada banyak cerita lain yang pun menarik untuk diikuti. Kisah cinta Indah dengan mantan kekasih, misalnya. Juga salah satu teman Indah yang mendoakan kesembuhan Indah, namun dengan cara yang kurang Indah sukai.
Yang kurasa agak mengganggu dari buku ini adalah terlalu banyak quote yang sebenarnya diambil dari kalimat di halaman yang sama. Wasting kertas banget menurutku, dan bawaannya jadi baca kalimat yang sama berkali-kali.
But over all I really like this book.
Semangat buat para penderita kanker, Tuhan memilih kalian karena Ia punya rencana.
Referensi:
Perkataan dosen yang kebetulan kuingat di sela-sela godaan tiupan angin AC di kelas.
Bercanda. AC di ruang kuliah 6 sering nggak bener.
Ps:
Untuk kakak dari kakek, survivor kanker rahim, Sehat selalu ya.
Untuk adik dari kakek yang sempat remisi dari kanker serviks namun ternyata kambuh kembali; juga untuk suami beliau yang meninggal karena kanker tulang, semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.
Bercanda. AC di ruang kuliah 6 sering nggak bener.
Rating: ✰✰✰✰
Ps:
Untuk kakak dari kakek, survivor kanker rahim, Sehat selalu ya.
Untuk adik dari kakek yang sempat remisi dari kanker serviks namun ternyata kambuh kembali; juga untuk suami beliau yang meninggal karena kanker tulang, semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.
Untuk sahabat terbaikku, F. Octavian W. yang sempat berjuang melawan leukimia, aku merindukanmu.
Lah kenapa jadi sedih begini?
Lah kenapa jadi sedih begini?
Seram banget kalau udah kena kanker, apalagi karena biaya pengobatan yang mahal. :(
ReplyDeleteBuku yang sangat bagus. :)
Ya, seram banget biayanya :((
DeleteSedih banget bacanya... :(
ReplyDeleteSemoga semua survivor kanker kuat dan ttp semangat..terutama dapat support maksimal dari keluarga...:(
Aamiin
DeleteKanker memang ga bisa ditebak saat masih stadium awal, suka dikira penyakit2 sepele . Bisa menyerang siapa saja bahkan orang yang memiliki gaya hidup bagus sekalipun. Nice sekali reviewnya widy ^^
ReplyDeleteSekarang aku kepikiran buat rutin check up. Penyakit suka muncul diam2 gitu soalnya :(
DeleteBagus sekali review bukunya, ceritanya sedih ya. Jadi inget temannya temanku ada yang kena kanker. Sempet jenguk pas habis di kemoterapi, kasian banget liatnya. Semoga teman teman yang kena kanker tetap semangat berusaha. Salam kenal mbak ya
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteGreat bllog you have here
ReplyDelete