Judul: To Kill A Mocking Bird
Penulis: Harper Lee
Penerbit: Qanita
Tahun terbit: 2006 (1960 dalam bahasa asli)
Jumlah halaman: 533
Rating: 4/5
Scout Finch adalah seorang gadis berusia tujuh tahun yang
tinggal di Maycomb County, Alabama. Ia tinggal bersama Jem Finch --kakak
laki-lakinya--, Atticus Finch --ayahnya--, dan Calpurnia --seorang kulit hitam
yang merupakan asisten rumah tangga--. Kehidupannya sebagai seorang gadis cilik
sangat menyenangkan: bermain bersama Jem dan Dill --keponakan tetangga yang
datang pada musim panas--, menggoda Boo Radley agar mau keluar rumah,
bersekolah --yang menurutnya membosankan--, dan banyak hal lain yang
menyenangkan.
Suatu hari, Atticus yang seorang pengacara, menangani kasus
Tom Robinson, seorang kulit hitam yang tersandung kasus pemerkosaan terhadap
Mayella Ewell. Hal ini menyebabkan Atticus dikecam banyak pihak karena membela
bangsa kulit hitam. Saat itu, tentu saja derajat para kaum kulit hitam masih di
bawah kaum kulit putih. Scout tak terlalu memahami hal ini, sampai ia melihat
sendiri proses pengadilan terhadap Tom.
"..Mockingbird menyanyikan musik untuk kita nikmati, hanya itulah yang mereka lakukan. Mereka tidak memakan tanaman di kebun orang, tidak bersarang di gudang jagung, mereka tidak melakukan apapun, kecuali menyanyi dengan tulus untuk kita. Karena itulah, membunuh mockingbird itu dosa." (Hlm 173).
--o--
Yak, sebelum menjurus ke arah spoiler, aku akhiri saja
ringkasan cerita di atas.
Tema yang diusung novel ini berat: masalah warna kulit. Masalah
yang krusial di jaman itu. Aku bersyukur karena sekarang udah nggak ada
perbedaan perlakuan yang mencolok antara yang hitam dan yang putih terutama
dalam lingkup hukum. Kebayang nggak sih kalau misalnya kita ini orang kulit
hitam terus tersangkut masalah hukum dan sistem hitam-putih masih berlaku? Krim
pemutih kulit pasti laku keras *apa ini*.
Novel ini mengusung tema yang berat dengan cara yang ringan.
Berterimakasihlah pada Scout karena novel ini ditulis dari sudut pandang gadis
kecil ini, makanya kesan yang ditangkap jadi nggak terlalu berat, justru
terkesan ringan. Bahkan terlalu ringan di awal sampai aku menderita kebosanan ya
secara kan aku pecinta konflik gitu. Ya agak kurang to the point aja sih karena nggak ngeh dengan hubungan antara Boo
Radley sama masalah warna kulit. Tapi pas bagian Scout, Jem dan Dill datang ke
pengadilan, mulai terasa serunya.
Dan keseruannya berlanjut dengan indah, saudara-saudara! Aku
menemukan beberapa kejutan yang benar-benar nggak terduga di sini. Dan, oh, aku
suka novel ini.
Mengenai terjemahannya, aku selama ini (maaf) agak terganggu (sekali lagi maaf) sama terjemahannya Qanita. Agak nggak mengalir aja gitu sehingga butuh konsentrasi ekstra untuk memahami maksud penerjemah di sini. Dan untuk terjemahan buku yang satu ini, hmmm, nggak terlalu buruk, tapi nggak benar-benar bagus. Entahlah, semoga anda memahami maksud kalimatku :D
Suasana kristiani agak kental di sini. Nggak masalah, tentu
saja, kalau kita sebagai pembaca nggak terlalu fanatic sampai mengabaikan agama
lain.
Oh, tampaknya review kali ini singkat aja, karena nggak terlalu
banyak yang bisa aku bahas. Silakan baca sendiri novelnya dan anda akan
mengerti ;)
P.S: Sebenarnya mockingbird
itu burung apa sih?
No comments:
Post a Comment
Komentarmu, bahagiaku ^^