Saturday, April 26, 2014

[Review] From Jomblo to Nikah - Muhammad Amin & Cicih Yuningsih Irawan

Judul: From Jomblo to Nikah

Penulis: Muhammad Amin, Cicih Yuningsih Irawan

ISBN: 9786020234021

Penerbit: Quanta (Elex Media Komputindo)

Tanggal terbit: 2014

Jumlah halaman: 208

Harga: Rp 39.800 (harus dicatet karena beli pake harga asli :P)

Rating: 3/5




Warning: ini bukan review seperti review-reviewku pada umumnya, karena beresiko menimbulkan kecurhatan mendalam dari lubuk hati paling dalam sedalam palung samudera yang paling dalam.

Suatu ketika mataku tertohok sama buku ini pas jalan-jalan di Gramedia (padahal niatnya ke sana mau window shopping doang, oh dompet ampuni saya). Kenapa aku tertohok begitu melihat buku ini? Karena aku sedang bermasalah dengan sesuatu yang berhubungan erat dengan judul buku ini. Ya maksudku aku beli buku ini biar aku nggak galau lagi, tapi malah makin galau aja karena setelah sowan ke kasir, duit di dompetku tinggal tetes terakhir.

Buku ini adalah buku religi yang terdiri dari dua bagian: bagian dimana kita diyakinkan bahwa pacaran itu nggak boleh dan bagian dimana kita dijelaskan tentang hakekat pernikahan yang sebenarnya. Bagian pertama berhasil meyakinkanku bahwa aku telah melakukan hal yang benar (?) (Wen, curhat terus sono, pembacamu kabur semua lho -_- ), dan bagian kedua sukses membuka pandanganku tentang pernikahan dalam Islam yang sesungguhnya.

Siapa sih yang menyangka kalau jalan menuju pernikahan yang selama ini berkembang di masyarakat muslim sendiri ternyata masih banyak yang salah? Misalnya, menikah itu harus didasari rasa cinta. Ternyata nggak gitu juga loh. Tujuan menikah yang sesungguhnya adalah melengkapi separuh agama kita. Jadi kita harus mencari pasangan hidup yang bertakwa. Bukan cuma sekedar orang yang kita sukai.

Berdoalah semoga Allah memberikan jodoh yang baik. Jangan orientasikan doamu hanya tentang dia~

Gimana dengan tahap-tahap menuju pernikahan dalam Islam? Ada taaruf, khitbah, akad dan walimah. Aduh, itu apa aja sih Wen? Taaruf a.k.a pedekate secara Islami (ada tata caranya dalam buku ini), khitbah a.k.a lamaran, akad dan dilanjutkan dengan walimah a.k.a perayaan (resepsi mah kalo orang sekarang bilang). Satu hal yang penulis tekankan di sini adalah perbedaan antara taaruf dan pacaran. Biasanya kan orang-orang bilang "saya lagi taaruf *pasang emot unyu*" tapi taaruf yang dia maksud itu gimana? Penulis menjelaskan dengan jelas apa bedanya taaruf dan pacaran, biar pembaca nggak terjebak.

Umat Islam boleh taaruf, tapi nggak boleh pacaran, tapi ya jangan taarufnya yang diolor-olor kayak kolor orang lagi pacaran. Taaruflah kalau kamu udah punya gambaran akan pernikahan. Kalau kamu masih kuliah semester awal dan baru mau nikah kalau kamu udah lulus kuliah, ya jangan taaruf dulu! Kalau udah taaruf, nikahlah! Kalau belum mampu menikah, shaumlah! Tanda serunya banyak amat Wen! Biasa aja kalee!  :3

Yeah!

Ketika pacaran menjadi kebutuhan, ketika pacaran begitu indah dan syahdu, maka segala cara dihalalkan, engkau menhalalkan pacaran dengan label pacaran islami.

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena cinta termasuk ke dalam gharizah nau' dan karena cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Swt., menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan nikmat bagi penghuni surga. Cinta juga merupakan indikasi kedewasaan... -p37

Oh ya, bagian kedua dalam buku ini benar-benar membuka mataku pada dunia pernikahan. Suka dukanya, hal-hal yang selama ini keliru dalam masyarakat... Nggak lupa penulis juga menyampaikan beberapa kisah romantis (uhuk) para sahabat Rasulullah. Yang paling legendaris tentu saja kisah cinta Fatimah Az zahra dan Ali bin Abi Thalib. Tapi ada beberapa kisah cinta nan klepek-klepek lain seperti kisah Zahid yang syahid sebelum dia menikah, Hubaib bin Maslamah al-Fahri beserta istri yang sama-sama berperang, dan masih banyak lagi (karena jaman rasul  dulu orangnya romantis-romantis men).

Oh ya, pernah dengar nggak kalau Rasulullah sering ngajak Aisyah R.A buat lomba lari? Semoga suamiku ntar nggak ngajak aku lomba lari ya, soalnya aku pasti kalah *eh*

Yeah, dan hikmah terbesar apa yang aku dapatkan setelah aku membaca buku kece ini? Aku udah 100% move on dong ^_^

No comments:

Post a Comment

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...