Tuesday, April 18, 2017

[Review] Miss Heartbreaker



Karin, pemegang peringkat dua selama beberapa semester terakhir, menaruh dendam kesumat kepada Aksara, sang pemegang peringkat pertama, alias orang yang selalu mengalahkannya selama ini. Karin tak mau tahu, semester ini harus berbeda. Semester ini dia harus memperoleh peringkat pertama. Semester ini dia harus mengalahkan Aksara, bagaimanapun caranya.

Sayangnya, nilai-nilai Karin belakangan ini menurun. Hal ini karena beberapa waktu terakhir, Karin harus menyelesaikan sebuah kasus sebagai bagian dari pekerjaannya.

Tidak banyak yang tahu kalau Karin punya pekerjaan sampingan. Kak Ferras, kakak Karin, menyebut pekerjaan sampingan ini sebagai Miss Heartbreaker. Bukan, pekerjaan Karin ini bukan jadi tukang PHP-in orang. Namun, Karin bekerja untuk menyelidiki perilaku pacar kliennya yang seringkali membuat klien dan pacarnya putus. Misalnya salah satu kasus kliennya yang juga merupakan teman satu ekskulnya, Fifi, di mana Fifi curiga bahwa pacarnya selingkuh dengan cewek lain. Karin bertugas untuk menyelidiki apakah pacar Fifi memang selingkuh dengan cewek lain. Dan ternyata benar, pacar Fifi memang selingkuh. Mereka pun akhirnya putus.

Suatu hari, Karin mendapat klien baru. Luna, nama klien itu, ternyata adalah mantan pacar Aksara. Iya, Aksara yang ngeselin banget yang kayaknya nggak punya teman itu. Masalahnya adalah, Aksara memutuskan hubungannya dengan Luna tanpa alasan jelas. Masalah kedua, hanya beberapa hari setelah putus, Aksara kedapatan berboncengan mesra dengan Fifi. Jadi Luna penasaran, apakah sebenarnya alasan putusnya hubungan mereka adalah karena Aksara dan Fifi punya hubungan spesial.


Karin tak habis pikir, Aksara dan Fifi punya hubungan semacam itu? Karena penasaran dengan itu, apalagi karena diming-imingi imbalan menarik oleh Luna, maka Karin pun menyanggupi kasus ini.

Jadi, benarkah ada hubungan di antara mereka? Kok Karin -yang notabene setengah detektif- malah nggak tahu ya?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sepertinya otakku butuh istirahat setelah berbulan-bulan mengepulkan asap metodologi penelitian, maka aku memutuskan untuk membaca teen lit lagi.

Tak butuh waktu lama untuk membaca novela ini. Aku cukup membacanya dengan sekali duduk. Ceritanya juga ringan sekali, khas siswa SMA dengan segala gejolaknya.

Hal paling seru pada masa SMA-ku dulu, selain masalah lika-liku hubungan percintaan, tentu saja, adalah semangat kompetisi. Dan novel ini menghadirkan keseruan kompetisi itu lewat konflik awal antara Karin dan Aksara. Membaca bagaimana kedua tokoh ini bertengkar dan saling sindir membuatku tertawa-tawa sendiri. Seru banget! Hal yang sama juga terjadi saat bagian Aksara yang kapten (sementara) tim sepakbola tengah mengusir anak-anak PMR dari lapangan, membuatku tertawa sekaligus gemas ingin menggampar seseorang. Sekaligus jadi jatuh hati sama tokoh Aksara karena pada dasarnya aku memang suka dengan tokoh cerdas tapi bad boy macam ini.

Sayangnya, aku merasa pada beberapa bagian, pertengkaran mereka agak kurang seru. Saat mereka saling sindir setelah ulangan fisika, misalnya. Ini mungkin karena aku lebih suka dengan konflik yang seru dibandingkan dengan sindir-sindiran saja. Aku lebih suka konfrontasi langsung, seperti di atas kusebutkan bahwa aku suka bagian ketika mereka rebutan lapangan karena mereka bisa saling ngata-ngatain secara langsung. Aku mengakui sih bahwa masalah sindir-sindiran nilai ini sering banget terjadi di masa-masa sekolahku dulu, tapi mungkin hal-hal natural semacam ini jadi "kurang drama" untuk menambah tensi cerita jika ditulisakn secara apa adanya. Dramain dikit kek, misalnya mereka berdua disuruh ngerjain soal fisika di papan tulis, Aksara bisa ngerjain sementara Karin enggak, terus Aksara ngetawain atau gimana gitu (kok ngatur).

Aku suka dengan konsep Miss Heartbreaker yang dibawakan penulis. Konsep ini pula yang membuatku tertarik untuk membacanya. Suatu pekerjaan yang berisiko, sehingga aku mengerti mengapa Karin berusaha menyembunyikannya. Penulis juga dengan apik menggiring rasa penasaran pembaca hingga sampai ke permasalahan utama: benarkah Aksara dan Fifi punya hubungan spesial. Aku sendiri bertanya-tanya, bagaimana mungkin dua orang yang berbeda karakter dan hampir tidak pernah terlihat berkomunikasi satu sama lain ternyata berpacaran? Dan ketika misterinya terungkap, aku benar-benar tidak menyangka. Penulis pandai memberi kejutan, dan aku juga suka dengan kejutan. Cocok sekali.

Dari kedua tokoh sentral, Karin dan Aksara, sejujurnya aku kurang menemukan chemistry sebagaimana yang biasanya terjadi pada dua tokoh utama. Mungkin karena aku merasa mereka berdua berantemnya kurang total, atau bisa jadi karena aku belum menemukan special moment yang benar-benar menjadi asal mula perasaan mereka. Aku hanya merasa Karin jatuh hati begitu saja pada Aksara, entah sejak kapan. Tapi sejatinya memang begitulah cinta kan, ia bisa muncul perlahan-lahan atau tiba-tiba tanpa alasan.

Aku tidak tahu ini ada hubungannya dengan jumlah halaman yang sedikit atau tidak, tetapi aku merasa penulis memulai konflik utama dan mengakhirinya begitu saja. Menjelang akhir cerita, penulis seakan-akan mengeluarkan semua yang ia sembunyikan sepanjang cerita (sejujurnya, dengan cara yang tidak kusukai) dan simsalabim terjadilah chaos secara tiba-tiba. Aku sendiri lebih prefer jika, misalnya, kebenaran terungkap secara tidak sengaja oleh sebuah drama (sesungguhnya aku memang suka drama) dan diceritakan secara detail, tidak terburu-buru.

Sejauh ini, membaca novel ini cukup menghiburku yang sedang pusing mikirin skripsi yang nggak kelar-kelar ini. Kalau kamu memang mencari teenlit dengan tokoh yang masih SMA dengan segala masalah khas anak SMA, novel ini bisa banget jadi pilihan.

Judul: Miss Heartbreaker
Penulis: Rina Fatiha
Penerbit: Novela Bentang Pustaka
ISBN13: 9786024300166
Tanggal terbit: Januari 2017
Jumlah halaman: 110
Format: e-book
Bisa kamu dapatkan di: Google PlayStore

Rating:
⭐⭐

Read also: How I Rate Books


4 comments:

  1. Waktu baca judul teenlitnya keingetan acara 'katakan putus', jangan-jangan penulis terinspirasi dari sana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rina Fatiha1:58 PM

      Hai Alfath. Iya memang sedikit terinspirasi dari sana. Hehehe

      Delete
  2. Rina Fatiha1:56 PM

    Halo Mbak Weny, trims atas repiu-nya. Sukses dengan skripsi dan ambisi jadi penulis ya, Mbak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih juga untuk kesempatannya mbak.


      Aamiin :))

      Delete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...