Thursday, January 5, 2017

[Review] Bumi - Tere Liye



Judul: Bumi (Bumi, #1)
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020332956
Tanggal tebit: 16 Januari 2014 dengan kover lama,
9 Agustus 2016 dengan kover baru.
Tanggal baca: 03-04 Januari 2017
Rating: sabar kak, baca dulu sampai bawah.

"Dunia ini tidak sesederhana seperti yang dilihat banyak orang. Aku percaya sejak dulu, bahkan membaca lebih banyak buku dibanding siapa pun karena penasaran, ingin tahu. Bumi kita memiliki kehidupan yang rumit. Dan hari ini aku menyaksikan sendiri, ada sisi lain dari kehidupan selain yang biasa kita lihat sehari-hari. Dunia lain."

Raib, atau lebih sering disebut dengan Ra, hanyalah seorang siswi kelas X SMA pada umumnya. Tidak suka pelajaran matematika (sekaligus guru mata pelajaran itu, Miss Keriting), namun sangat menyukai pelajaran bahasa. Duduk sebangku dengan Seli yang gandrung sama drama Korea. Kesal setengah mati pada Ali, si pemalas biang kerok di kelasnya. Sementara di rumah, ia juga anak biasa yang hobi baca novel dan punya dua kucing, Si Hitam dan Si Putih.

Pagi itu, dengan sangat menyedihkan, Ra lupa membawa buku PR matematikanya, sehingga Miss Keriting marah dan menyuruhnya menunggu di luar sampai mata pelajarannya selesai. Ali menyusul kemudian, jelas bukan karena bukunya ketinggalan, tapi karena dia memang malas mengerjakan PR. Dan kejadian itu terjadi dengan cepat: seorang laki-laki tinggi kurus misterius muncul di depan Ra. Dan lagi, kemampuan ajaibnya terbongkar oleh Ali.

Kemampuan ajaibnya adalah dia dapat menghilang!


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Dua puluh empat jam lalu hidupku masih normal seperti remaja lainnya. Beraktivitas bersama keluarga, bersekolah, dan bermasyarakat dengan baik. Sekarang, aku bersiap bertempur dengan orang-orang asing di dunia ini. Tapi apa pun itu setidaknya aku bersama dengan teman baikku."

Kalau aku tidak salah hitung, ini adalah buku Tere Liye kedelapan yang kubaca. Kedelapan setengah sebenarnya, karena pada suatu masa KKN yang indah aku pernah membaca Pukat temanku, tapi bukunya menghilang secara misterius sebelum aku menyelesaikannya.

Menghilang. Udah kayak Ra aja.

Sepertinya ini agak menyedihkan, tapi aku baru tahu kalau Tere Liye ternyata juga menulis kisah fantasi. Setahuku selama ini Tere Liye identik dengan kisah-kisah penuh dengan nilai kehidupan dan hal-hal serius lainnya, namun kali ini Tere Liye mencoba menggugah imaji kita dengan menulis kisah Ra dan kawan-kawannya.

Petualangan Ra, Seli dan Ali kali ini membawa pembaca ke sebuah dunia yang berbeda dengan dunia yang mereka tinggali selama ini. Mereka berada di sebuah dunia dengan posisi bulan, matahari, dan bintang yang sama dengan kota mereka dulu, namun selain itu semuanya terlihat jauh berbeda. Dan ternyata memang benar, ada kehidupan "dunia lain" di mana selama ini dunia-dunia itu berdampingan namun tak saling bersinggungan.

Kisah ini diceritakan dari sudut pandang Ra, sang tokoh kunci, di mana dengan sudut pandang ini pembaca bisa mengetahui apa yang dilakukan dan dirasakan Ra. Entah ini perasaanku saja atau bagaimana, lewat gaya bahasa yang dipakai penulis, tokoh Ra jadi terasa seperti remaja laki-laki. Raib ini perempuan lho. Aku beberapa kali membolak-balik halaman, memastikan Ra emang benar-benar cewek, bukan cewek-cewekan. Mungkin pengaruh karena penulisnya cowok kali ya?

Ketiga tokoh utama dalam cerita ini memiliki karakternya masing-masing. Ra yang berani dan yakin walaupun kadang ragu dengan kekuatannya sendiri. Seli yang di awal cerita membuatku bosan dengan kata Korea yang disebutkan penulis sepuluh ribu kali ini adalah yang paling ragu-ragu di antara ketiganya, padahal ia punya kekuatan yang luar biasa (emang cuma Ra yang punya kekuatan power ranger? enggak, man!). Ali si anak swag yang ketombean ini ternyata sangat genius dalam menyusun rencana, dan sudah bisa menguasai suatu bahasa hanya dengan begadang belajar semalam.

Tokoh favoritku? Sama seperti tokoh favorit mayoritas pembaca: Ali. Genius, dan selalu penuh kejutan. Sayangnya, menurutku, dia kurang swag (apaan coba, Wen). Terus aku agak ilfil waktu dia abis muntah terus ngelap mulut dan... ewh.

Ngomong-ngomong soal penuh kejutan, novel ini yes banget. Setelah aku perhatikan, Tere Liye memang jagonya bikin pembaca penasaran. Seringkali di setiap akhir bab, Tere Liye menuliskan satu kalimat laknat yang membuatku selalu mengurungkan niat untuk mengambil jeda membaca sejenak dan... jengjeng... udah kelar aja ini novel. Tere Liye emang gini dari dulu. Kesel.



Alurnya menurutku enak buat dinikmati, nggak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Namun di bagian awal aku agak bosan, sampai akhirnya mulai terjadi adegan jotos-jotosan epic di aula sekolah. Maksudku, ya, kehidupan siswa SMA biasa kayaknya emang agak membosankan bagiku. Aku baru merasa gregetnya ketika kehidupan ketiga tokoh utama mulai menjadi aneh. Dan, seperti sudah kutuliskan di atas, penulis terlalu sering menyebutkan kalau Seli ngomongin Korea ke Ra. Ini penulisnya nggak suka Korea terus nyindir apa gimana sih? Eh, kok jadi ngejudge sih, Wen?

Jadi, mari kita mulai menjelajah kefantasian novel ini.
"Dunia lain" yang akhirnya dijelajahi oleh tiga sekawan ini, tentu saja berbeda dengan dunia normal yang selama ini kita huni. Yang membuatku suka dengan dunia itu adalah sistem transportasinya. Aku membayangkan bagaimana sistem kapsulnya. Dan, hai, ada kucing sebesar macan! Coba bayangkan kalau kucingmu jadi sebesar macan, apa kamu masih mau mandiin? Ngasih makan? Makanan kucing mahal man, merk yang bungkus ungu sekalipun, apalagi merk yang suka jadi sponsor rumah sakit hewan. Kalau kucingmu sebesar macan, abis makanan berapa kilo sebulan?

Ada sistem transportasi lain yang digunakan dalam cerita ini, yaitu berpindah tempat menggunakan api di perapian. Familiar nggak sih? Ya, mungkin penulis mendapat pencerahan dari novel fantasi sebelah. Aku, entah mengapa, merasa agak terganggu dengan ini. Walaupun sistem kapsul yang ruwet mungkin juga disandur dari novel fantasi tetangga, tapi aku jelas lebih menyukainya daripada pergi lewat perapian.

Soal "dunia lain" yang beberapa kali kusebutkan, biar kujelaskan padamu. Dalam cerita ini, ada empat dunia yang menghuni tempat yang sama. Keempat dunia itu ditempati masing-masing oleh Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Ketiga tokoh kesayangan kita, secara mengejutkan, ternyata berasal dari tiga klan berbeda, namun ketiganya selama ini tinggal di Klan Bumi. Sementara, petualangan yang ada di novel ini terjadi di Klan...
Apa hayo?

Aku merasa, masih sama seperti biasanya, Tere Liye masih bermaksud untuk membuat novel "penuh makna kehidupan" dengan menulis serial ini, hanya saja dengan gaya penceritaan yang berbeda. Entah ini spekulasiku saja atau bagaimana, penulis ingin menunjukkan pada pembacanya bahwa dunia paralel memang ada. Benar kan, di bumi ini ada kehidupan lain selain kehidupan manusia yang tidak bisa kita lihat?
(kok jadi merinding ya? salah deh ngetik ini tengah malam.)

nih saya kasih yang korea-korea

Over all, aku merekomendasikan buku ini, buat kamu yang pengen membaca novel fantasi Indonesia berkualitas. Aku menyukai buku ini, dan berencana membaca Sekuelnya; Bulan dan Matahari.

Dan Bintang, yang katanya akan terbit tahun ini.
Tapi, tolong, kiriman duit dari emak belum turun. Sementara skripsi belum kunjung kelar. Tolong.

"Saran Ibu, apa pun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apa pun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang. Kamu akan memperoleh semua jawaban. Masa lalu, hari ini, juga masa depan."

⭐⭐⭐⭐
bagus deh, gih cobain!





Baca juga:
Bintang (#4)

Credits: onehallyu, tumblr.




2 comments:

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...