Monday, April 29, 2013

[Review] Bidadari-bidadari Surga by Tere Liye




Judul: Bidadari-bidadari Surga

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Republika

Terbit: 1 Juni 2008

Halaman: 365

Rating: 5-stars





“Wahai, wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin kerana kekurangan fizikal, tidak ada kesempatan, atau tidak pernah 'terpilih' di dunia yang amat keterlaluan mencintai harta dan penampilan wajah.) Yakinlah, wanita-wanita solehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, bersedekah dan berkongsi, berbuat baik dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari syurga. Dan khabar baik itu pastilah benar, bidadari syurga parasnya cantik luar biasa.”


Kala itu, keempat bersaudara tengah berada dalam kejadian-kejadian penting dalam hidup mereka. Professor Dalimunte sedang memresentasikan karya besarnya. Ikanuri dan Wibisana yang mirip dan tak terpisahkan satu sama lain baru saja sampai dari perjalanan ke negeri yang jauh untuk kerjasama bisnis mereka. Si bungsu, Yashinta, tengah melakukan observasi di puncak gunung.

Namun hanya karena sebuah SMS, konsentrasi mereka bubar seketika. Dalimunte segera pamit, tanpa peduli pada audiensnya. Ikanuri dan Wibisana langsung pulang, tak peduli mereka baru beberapa menit sampai ke negeri itu. Yashinta lantas turun gunung begitu saja. Apa sih isi SMS itu?

Itu SMS dari Mamak. Beliau berkata bahwa kak Laisa tengah sakit keras. Keempat bersaudara itu harus pulang ke Lembah Lahambay segera!

Laisa, kakak mereka. Fisiknya tak begitu cantik, atau mungkin lebih tepat digambarkan sebagai jelek. Hal itu tak membuatnya menutup diri. Ia dengan segala ketidaksempurnaannya telah mengorbankan banyak hal untuk keempat adiknya. Ia rela putus sekolah, ia rela menanggung sakit hati, ia rela melakukan apapun demi adik-adiknya. Kerja keras, belajar, sekolah yang rajin, itulah perintah Laisa kepada mereka. Ia tegas, keras, namun hatinya seindah mata air di surga.

Novel ini cenderung tidak memiliki konflik yang pelik. Yang ditekankan oleh pengarang di sini adalah bagaimana agar kita bisa meneladani sosok Laisa yang luar biasa. Tapi sebagai pecinta konflik, aku nggak kecewa. Terkadang nilai-nilai yang diutarakan si pengarang mampu mengalahkan asyiknya mengikuti konflik cerita. Nggak ada salahnya untuk dibaca oleh kaum pecinta konflik. Ada kalanya kita butuh sesuatu yang baru :D

Waktu baca, rasanya nyesek banget. Pengen nangis sih, tapi nggak jadi. Soalnya baca yang e-book. Kalau baca paperback bisa nangis dengan sukses kali ya?

Kita bisa banyak belajar dari tokoh Laisa di sini. Betapa aku ingin dirinduka sebagaimana layaknya laisa dirindukan saudara-saudaranya. Aku ingin tabah dan kuat layaknya Laisa.
Betapa menjadi kuat adalah sulit.
BIG RECOMMENDED!

*addition*
Tahu kan kalau novel ini udah difilmkan?

credit

CastNirina Zubir, Nino Fernandez, Nadine Chandrawinata, and more.

Production HouseStarvision

Masih bagusan novelnya 😛

Komentar macam ini selalu keluar dari mulutku setiap lihat film yang diadaptasi dari novel yang udah pernah aku baca. Mungkin karena yang dimunculin cuma adegan-adegan yang "dianggap penting" kali ya, dan detail-detail "yang nggak terlalu penting" selalu diabaikan.

Tetapi pendapat orang kan beda-beda ya.

Jadi, lebih suka baca novelnya sambil tidur-tiduran dan ngemil, atau lihat filmnya sambil mengagumi ketampanan Nino Fernandez dan Mike Luwis? ;)

2 comments:

  1. Kayaknya dimana2 film yang berasal dari buku ga ada yang sebagus bukunya. Salam kenal ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga :)
      bagus. kita sependapat :D

      Delete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...