Sunday, December 31, 2017

2017: Sebuah Kaleidoskop



Ya ampun, sudah lama sekali sejak aku terakhir membuat post di blog ini. Sudah berapa lama ya, tiga bulan? Sebulan lagi kayaknya aku bakal diusir dari BBI, untung hari ini aku menulis post ini.
Hehe.

Sudah 40 post yang kubuat sepanjang 2017 (post ini akan menjadi yang ke-41, dan aku tidak berencana untuk menambah post lagi sebelum pergantian tahun). Untuk mengapresiasi kerja kerasku (?) selama satu tahun ini, aku akan membuat semacam kaleidoskop. Kaleidoskop sendiri, menurut KBBI adalah "aneka peristiwa yang telah terjadi yang disajikan secara singkat". Maka aku akan menghadirkan secara singkat, apa saja yang kutuliskan selama setahun terakhir. Sekalian curhat, tentunya. Nggak penting banget, kan? Tapi akhirnya kalian tetap baca juga. Jadi ya... udah. Ayo cekidot saja.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aktivitas Membacaku Tahun 2017


Pada awal tahun, aku mengikuti Goodreads 2017 Reading Challenge dan memasang target membaca 30 buku (baru), dan dengan begitu percaya dirinya aku menambah targetku menjadi 35 buku. Sampai detik ini, dengan begitu bangga, aku baru menyelesaikan 31 buku (baru dan Goodreads-able) dan tidak berencana untuk menambahnya sampai pergantian tahun. Pembelaanku adalah: aku terlalu banyak membaca buku Manajemen Apotek dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 72-73-74 Tahun 2016 sampai lupa untuk membaca buku-buku Goodreads-able.

Review Tahun 2017

Kalau aktivitas membacaku tahun ini belum mencapai target, aktivitas reviewku... jelas... lebih mengenaskan lagi.


Jadi, ya, kalian harus tahu kalau aku akhirnya membaca dan menamatkan seri The Hunger Games. Aku suka banget sama seri ini, terutama buku pertamanya (di mana kebanyakan orang lebih suka buku kedua atau ketiga). Untuk reviewnya, kamu bisa baca di:
Seri The Hunger Games:

Aku juga mereview serial Bumi-Bulan-Matahari-Bintang-nya Tere Liye (ps: jebakan, karena aku belum membaca dan mereview Bintang karena... coba tebak!). Untuk reviewnya, kamu bisa baca di:
Seri Bumi-Bulan-Matahari-(minus) Bintang:
#4: Bintang


Artikel Tahun 2017


Sebagai blogger buku yang baik, tugas kami bukan cuma jadi tukang review, tapi sebagaimana blogger pada umumnya: menyampaikan pikiran dalam bentuk tulisan. Aku bangga karena aku bisa menuliskan beberapa hal yang menjadi concern-ku di dunia perbukuan. Jadi, mari kita lihat, seberfaedah apa tulisanku:

Siapa yang ikut event #BBIHUT6 Marathon bulan April kemarin? Thanks for that event, aku bisa membuat enam artikel selama enam hari berturut-turut. Apa saja enam artikel itu?
#BBIHUT6 Marathon:


Kamu penasaran nggak, kenapa buku lama kelamaan menjadi kecokelatan dan berbau khas? Aku menuliskan perjalanan buku dari putih mulus-bau percetakan menjadi kecokelatan dan berbau vanilla-like-or-something itu dalam satu postingan (yang, uhuk, evidence-based banget. aku sampai kaget).


Giveaways!
Selama setahun ini, alhamdulillah aku mendapat amanah menjadi host blogtour (dan giveaway) maupun memperoleh rezeki untuk mengadakan giveaway sendiri. Giveaway tersebut antara lain:


Dan, uhuk, karena ngehost salah satu blogtour di atas, saya jadi punya geng gosip lho. Semoga suatu hari geng gosip ini bisa reunian. LOL. Oh ya, aku sedang ambil rehat nge-host blogtour karena, yah, tahu sendiri lah nasib blogku akhir-akhir ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rekomendasi Widy Bookie 2017

Nah, inilah bagian yang paling kusukai dari post ini. Sekarang giliran 5 buku favoritku yang kubaca tahun 2017.

1. Bumi - Tere Liye
Kenapa aku suka banget dengan Bumi (melebihi rasa sukaku pada Bulan dan Matahari - padahal orang-orang kebanyakan justru lebih suka Bulan atau Matahari)?

Kupikir, yang jadi kekuatan dari Bumi adalah bagaimana detail penulis dalam world-building. Aku memang bukan tipe orang yang mudah dibuai dengan aksi-aksi, aku lebih nyaman membaca character ataupun world-building. Bagiku, pace setting yang lambat akan sangat menarik jika diimbangi dengan detail yang cukup, dan ini kudapatkan dalam Bumi (dan tidak kudapatkan di kedua sekuelnya).
Jadi, sudah bisa menebak mengapa aku berhenti di Matahari dan enggan melanjutkan Bintang?


2. The Hunger Games - Suzanne Collins
Alasan aku lebih menyukai buku ini daripada kedua sekuelnya.... mungkin hampir sama dengan mengapa aku lebih menyukai Bumi ketimbang adik-adiknya. Bedanya, di serial The Hunger Games, aku juga menyukai Mockingjay (hampir) seperti aku menyukai buku pertamanya, sedangkan di Bumi, sepertinya tidak.


3. Apa Pun Selain Hujan - Orizuka
Kalau kalian juga membaca buku favoritku tahun 2016, kalian akan tahu kalau aku sangat menyukai penulis ini dengan memasukkan karyanya dua kali di sana. Tahun ini, aku mengalami hal yang sama: aku jatuh cinta lagi pada karyanya.

Apa Pun Selain Hujan adalah sebuah cerita yang emosional. Aku selalu tertarik dengan cerita tentang "ha-hal traumatis di masa lalu" dan, bam, aku menemukan semua yang kuinginkan di novel ini. Kecuali tokoh wanita yang tidak menye-menye, sebenarnya. Tapi, okelah, tokoh wanita yang tidak kusukai tidak akan membuatku berhenti merekomendasikan cerita ini ke siapapun.


4. A untuk Amanda - Annisa Ihsani
Novel ini terkesan sederhana, namun siapa sangka bahwa ada banyak hal yang bisa diambil dari cerita yang tampak sederhana ini. Selain gaya bahasa penulis, hal yang membuat cerita ini spesial, tentu saja, karena penulis membawa sebuah tema besar lagi kontroversial: depresi. Kalian boleh banget membaca buku ini jika ingin tahu lebih banyak tentang depresi.
Ps: buku ini tidak akan menyesatkanmu.


5. Notasi - Morra Quatro
belum kureview di blog ini,



Sayangnya, aku membaca buku ini pada masa-masa writing-block. Jadi, sampai sekarang, aku belum juga membuat review buku ini, walaupun bagiku buku ini sangat bagus.

Mengambil setting pada era reformasi, novel ini mengisahkan kisah cinta yang tidak biasa. Aku masih belum yakin mengapa aku begitu menyukai buku ini. Mungkin karena latar dari buku ini adalah Universitas Gadjah Mada, tempat yang sudah sangat familiar bagiku. Atau jalan ceritanya memang aku banget. Tapi, bagian yang paling kusukai dari cerita ini adalah endingnya.

Kecuali typonya yang parah banget, aku suka Notasi.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekian ocehan saya di penghujung tahun. Selama tahun ini, buku apa yang menjadi favoritmu? Tulis di kolom komentar ya 😊

5 comments:

  1. Hallo,, buku favoritku tahun 2017 adalah titik balik Rani Moediarta dan Bumi Manusia oleh Pramoedya.

    Salam literasi

    ReplyDelete
  2. jadwal baca saya masih kurang, walau sebenarnya ada peningkatan di 2017 ini. Rasa rindu bisa goler-goleran sambil menuntaskan bacaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo tingkatkan lagi di 2018 😊

      Delete
  3. Kaleidoskop-ku adalah jalan-jalan ke Gunung sembari meminum kopi hangat di atas awan. Salam kenal :)

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...