Monday, January 16, 2017

[Review] Spring in London - Ilana Tan



Judul: Spring in London
Penulis: Ilana Tan
Serial: Season Series, #4
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020310169
Jumlah halaman: 240
Tanggal terbit: Februari 2010 dengan kover lama,
Oktober 2014 dengan kover beru
Tanggal baca (ulang): 11 Januari 2017
Rating: lihat di akhir post

Jo-In Ho atau yang lebih dikenal dengan nama Danny Jo, seorang aktor dan asisten sutradara, terbang ke London untuk berperan dalam video klip lagu terbaru sahabatnya, Jung Tae Wo. Di sana, ia bertemu Naomi Ishida yang berperan sebagai pasangannya dalam video tersebut.

Danny tertarik pada Naomi, namun mendekati wanita yang satu ini bukan perkara mudah. Naomi selalu menghindarinya, menatapnya dengan tatapan takut yang sama sekali tak bisa Danny mengerti.

Mengetahui Miho, teman kerjanya, ternyata akan dijodohkan dengan Danny, membuat Naomi gelisah. Ia tak tahu perasaan apa ini. Ia tak suka dengan keadaan ini, ingin selalu ada di samping laki-laki itu, namun ia juga tahu bahwa ia tak bisa berhubungan lebih jauh dengan Danny Jo, karena Danny adalah bagian dari masa lalunya yang tak akan pernah bisa Naomi lupakan.

"Tetapi ada dua hal yang tidak diperhitungkan Danny. Yang pertama adalah kemungkinan ia akan jatuh cinta pada Naomi Ishida yang dingin, misterius, dan penuh rahasia itu. Dan yang kedua adalah kemungkinan ia akan menguak rahasia gelap yang bisa menghancurkan mereka berdua dan orang-orang yang mereka sayangi."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

source

Akhirnya aku membaca ulang Spring in London lagi setelah gagal membaca ulang bulan Juni lalu. Meski harus kuakui bahwa Spring in London bukanlah favoritku dari seri ini, tapi aku cukup terhibur saat membacanya.

Kali ini, Ilana Tan akan membawa kita ke London. Namun berbeda dengan bagian lain dari seri ini, walaupun berlatar di London, kedua tokoh utama bukanlah orang Inggris. Danny Jo adalah orang Korea, sementara Naomi adalah orang Jepang.

Agak kesal sih, tapi terserah penulis kan mau ngasih kewarganegaraan apa buat tokoh-tokohnya?

Masih dengan gaya bahasa yang formal, cenderung seperti terjemahan, Ilana Tan menuliskan cerita cinta Danny Jo dan Naomi Ishida dengan apik. Menurutku, karakter Naomi cukup kuat dan sukses membawa tone cerita ini menjadi agak dark, namun tidak sekelam Autumn in Paris. Sayangnya, menurutku karakter Danny sangat standar, nggak ada hal tertentu yang membuatnya berbeda dengan tiga cowok ganteng serial musim yang lain.

Aku tampaknya memang selalu tertarik dengan tokoh utama yang "menyimpan masa lalu", dan aku rasa hal ini yang menjadikan Spring in London berbeda. Pembaca dibuat penasaran dengan sikap Naomi pada Danny yang aneh dan tatapan matanya yang selalu terlihat ketakutan. Hal ini yang membuatku sanggup menyelesaikan novel ini, bahkan membaca ulang, walaupun aku agak kecewa karena Danny Jo cuma gitu-gitu aja.

Alur yang digunakan menurutku agak lambat, namun masih cukup nyaman untuk dibaca.

Mendekati akhir cerita, sebenarnya aku agak kesal karena frasa "waktu untuk berpikir" terasa terlalu membosankan. Dan, oh, Ilana Tan menggunakan formula ini. Menurutku, jeda waktu yang diambil para tokoh justru menurunkan tensi cerita, padahal kan konflik mereka berdua lagi greget-gregetnya.

Hal yang kuingat adalah dulu ketika pertama kali membaca buku ini, aku sempat membanting bukunya. Bukan, bukan karena tiba-tiba ada kecoa hinggap, tapi karena ada epilog seperti itu di akhir buku ini. FYI, salah satu refleks anehku yang nggak dimiliki oleh pembaca novel yang lain adalah aku sering membanting atau melempar buku dengan ending jahanam. Sedetik kemudian, aku menyesal karena sudah membuat kover bukuku terlipat.

Sebagai penutup sebuah seri, aku merasa buku ini kurang nendang, karena aku merasa masih ada dua buku lain yang performanya lebih baik dengan konflik yang lebih seru.

"Kalau aku mengatakannya, reaksi apa yang akan kau berikan? Apakah kau akan menerima pengakuanku? Apakah kau akan percaya padaku? Apakah kau masih akan menatapku seperti ini? Atau apakah justru kau akan menjauh dariku? Meninggalkanku? Tapi aku tahu aku harus mengatakannya padamu. Aku tidak mungkin menyimpannya selamanya. Entah bagimana reaksimu nanti setelah mendengarnya, aku hanya berharap satu hal padamu. Jangan pergi dariku. Tetaplah disisiku."


Over all, hmm aku agak sulit menggarkan buku ini. Gaya bahasa yang digunakan bagus, karakter Naomi cukup kuat, tapi hanya sebatas itu. Tapi bagus tidaknya sebuah novel, kembali lagi, tergantung pada pembaca. Ya, tho?

⭐⭐⭐

3 comments:

  1. Duh. kasian bukunya. Lempar padaku saja, dijamin ia akan kusayang dan kujaga selamanya :D hehehe. Dari kesemuanya aku memfavoritkan ini setelah Autumn in Paris. Soalnya kesan manisnya nggak bisa lepas dari sosok Danny Jo. Naomi menurutku biasa aja, pasif, nggak peka. Kalau novel ini dibaca saat awal-awal terbit buku ini enak banget dibaca, kalau sekarang mungkin karena udah banyak yang meniru cara bercerita Ilana, dengan konsep latar luar negeri, jadi terasa novel ini biasa aja. Nggak istimewa. I still love this book and never want to re-read bc I will loose that's feel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kok aku malah ngerasa si danny jo yg biasa aja ya 😅

      Delete
  2. Buku yang ini terkenal banget ya mbakk, aku aja pengen banget ngumpulin koleksinya blom sempet" hehe

    www.extraodiary.com

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...