Monday, March 24, 2014

Pilih Sendiri Gaya Membacamu



Selamat sore langit yang mulai mengucurkan cahaya jingga keemasan di ufuk barat sana!

Maafkan diriku yang entah sudah berapa lama tak menulis review di blog ini. Akhir-akhir ini aku terlalu sering membaca buku-buku semacam Farmakope Indonesia atau Formularium Nasional yang kalau dibikin reviewnya jelas akan menimbulkan bau asetaldehid yang menohok sekujur blogku. Ada beberapa novel yang sukses aku tuntaskan tapi reviewnya nggak nongol-nongol juga. Ya udah kali ya.

Jadi daripada blog ini berangsur-angsur memproduksi sarang laba-laba, kayaknya ada baiknya ngepost sesuatu, walaupun sesuatu ini nggak penting.
*Wen, sesi curhatnya diakhiri dulu. Inget durasi ya durasi adalah waktu dari munculnya efek obat (ditandai dengan hilangnya refleks balik badan pada mencit) sampai berakhirnya efek obat (yang ditandai dengan kembalinya refleks balik badan pada mencit)*

Jadi, sadar nggak readers, gimana posisi kamu saat sedang menikmati bacaan? Ada yang duduk manis? Atau sambil tiduran? Atau sambil salto dan bilang wow?

Ini adalah posisi paling baik-baik saja:

Kalau kata bu guru jaman aku SD, posisi membaca yang baik adalah: badan tegak alias nggak melengkung sehingga bisa menyebabkan lordosis, kifosis, dan skoliosis, serta posisi mata kita-kita 30 cm dari bahan bacaan.





Tapi nyatanya mempraktekkan posisi tersebut sangat sulit -__- karena ada banyak sekali posisi membaca yang lebih nggak bikin bosen (?) kayata:












Nah, karena aku nggak kreatif, jadi semua gambar yang ada dalam post ini diambil secara membabi buta dari situs sumber gambar kece paling kece di dunia, weheartit.com.

Ada-ada aja kelakuan readers dalam melahap bacaan ya.
Bukan, bukan gambar-gambar tersebut yang jadi ini dari postku yang absurd kali ini. Ya, postku kali ini emang banyak banget basa-basinya. Inti dari post ini adalah artikel di bawah ini:
(sebelumnya, sekali lagi, karena aku ini anaknya nggak kreatif, aku copas artikel dari sini, dengan sedikit perubahan)


Lama membacaMembaca sebaiknya tak lebih dari satu jam. Bila ingin lebih, harus diselingi istirahat minimal 15 menit sebelum membaca kembali. Namun, porsi waktu seseorang membaca sangat bervariasi, bergantung 'jenis' matanya.   Orang yang kemampuan otot-otot fokusnya sangat kuat boleh lebih dari 2 jam tanpa selingan. Mereka biasanya mampu membaca lama tanpa ada tanda-tanda kelelahan mata seperti kucek-kucek, pedih, atau kedip-kedip. Bila tidak, Anda perlu mewaspadai hobi membaca anda sudah berlebihan untuk ukuran kemampuan mata Anda.   Disarankan juga melihat benda-benda berwarna hijau dan warna-warna alam semisal langit biru. Pengalihan ini membantu lapisan dalam bola mata yang bertugas menangkap warna dan cahaya hingga terbentuk zona rodopsin. Adanya zona ini akan mengaktifkan pengikatan rodopsin (salah satu senyawa vitamin A) sekaligus membantu metabolisme di retina atau selaput jala.


Posisi saat membacaPosisi yang baik, duduk dengan tubuh dan kepala tegak; sementara mata mengarah ke obyek baca pada jarak ideal sekitar 25-30 cm. Posisi tidur dan tengkurap sebaiknya dihindari karena memperburuk kondisi mata, terutama bagi mata yang memang sudah bermasalah semisal mata silinder, minus, maupun plus.   Jika ingin posisi tidur, sebaiknya ganjal menggunakan bantal di punggung hingga kepala tetap tegak, yakni posisi setengah duduk. Tengkurap, meski posisi kepala tegak, tetap harus dihindari. Soalnya, dengan posisi ini ada lekukan di daerah leher yang bakal mengganggu aliran darah ke otak. Kendala ini akan meninggikan tekanan mata yang nantinya berkembang jadi gangguan mata lain yang juga tak kalah membahayakan.


PencahayaanSaat membaca, idealnya pecahayaan diarahkan ke obyek baca. Untuk warna, pilih daylight atau cahaya putih, hingga seolah-olah Anda sedang membaca di luar ruangan sewaktu pagi sekitar pukul 10.00 saat udara cerah. Jangan membaca di ruangan remang-remang atau gelap.   Apakah ingin menggunakan lampu pijar atau neon, tak jadi masalah. Yang penting, ruangan sekitar tempat membaca juga harus sama terang. Lampu yang dipentingkan bukan cuma besaran watt-nya, tapi juga warnanya. Jangan pernah gunakan warna kuning, hijau, apalagi merah karena kuning akan melelahkan mata, sementara hijau akan mengganggu kontras warna benda-benda yang dilihat.   


Kondisi bergerakMembaca pada kondisi bergerak semisal di kendaraan yang tak stabil perlu dihindari. Itu berarti konvergensi dan akomodasi otot-otot begitu dipaksakan dalam waktu lama hingga memicu kebutuhan alat bantu berupa kacamata dalam waktu relatif singkat. Satu-satunya membaca dalam kondisi bergerak yang dibolehkan hanya ketika menggunakan pesawat terbang karena gerakannya relatif stabil.





Gimana? Udah merasa tertohok setelah membaca aturan baca yang benar? Aku sih yes, nggak tahu Mas Anang yes atau no.
Aku hampir selalu baca sambil tiduran, sering baca buku pas lagi duduk di travel dalam perjalanan Pati-Jogja yang bisa nembus sampai 8 jam, sering baca di keremangan, dan jarang pakai kacamata. Mungkin inilah kenapa sekarang kacamataku kayaknya udah nggak cocok sama mataku ._.
Ada niatan untuk mempraktekkan cara membaca yang baik? Silakan lho ya.

3 comments:

  1. Aaak aku banget ini. Nice artikel ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. thanks :)
      ayo mulai membetulkan posisi membaca (?)

      Delete
  2. Ini postingannya kreatif banget.
    Booklover macam kita-kita ini gak bakal bisalah mengamalkan teori guru jaman SD ini: "badan tegak alias nggak melengkung sehingga bisa menyebabkan lordosis, kifosis, dan skoliosis, serta posisi mata kita-kita 30 cm dari bahan bacaan."
    Jadi udahlah ya.
    Senyamannya kita saja. :)

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...