Judul: Bulan (Bumi, #2)
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020332949
Jumlah halaman: 400
Tanggal terbit: 9 Agustus 2016
(Maret 2015 dengan sampul lama)
Tanggal baca: 10-14 April 2017
“Kamu tidak membutuhkan kekuatan besar, atau senjata-senjata terbaik untuk menemukan bunga matahari pertama mekar. Kamu cukup memiliki keberanian, kehormatan, ketulusan, dan yang paling penting, mendengarkan alam liar tersebut.”
Enam bulan setelah pertempuran di Klan Bulan, Miss Selena dan Av mengajak tiga sahabat -Raib, Seli dan Ali- serta Ily yang merupakan putra sulung Ilo, penolong ketiga sahabat tersebut saat tersesat di Klan Bulan, untuk berkunjung ke Klan Matahari. Kunjungan ini untuk menjalin kerjasama dengan Klan Matahari guna mengatasi kejahatan yang dilakukan oleh Tamus dan Si Tanpa Mahkota. Tanpa disangka, kedatangan mereka tepat terjadi saat sedang dilakukan pembukaan Festival Bunga Matahari.
Festival Bunga Matahari adalah festival tahunan yang diselenggarakan oleh Klan Matahari. Dalam festival ini, sembilan kontingen berkompetisi untuk menjadi kontingen pertama yang menemukan bunga matahari pertama yang mekar. Kompetisi itu adalah kompetisi berbahaya yang tak jarang menyebabkan pesertanya tewas.
Secara mengejutkan, Ketua Konsil Klan Matahari, Fala-tara-tana IV, meminta rombongan Klan Bulan tersebut untuk ikut berkompetisi sebagai syarat sebelum dimulainya kerjasama antara kedua klan tersebut. Maka setelah pertimbangan yang panjang, berangkatlah Raib, Seli, Ali dan Ily untuk mencari bunga matahari pertama yang mekar.
"Sungguh ada banyak hal di dunia ini yang bisa jadi kita susah payah menggapainya, memaksa ingin memilikinya, ternyata kuncinya dekat sekali: cukup dilepaskan, maka dia datang sendiri. Ada banyak masalah di dunia ini yang bisa jadi kita mati-matian menyelesaikannya, susah sekali jalan keluarnya, ternyata cukup diselesaikan dengan ketulusan, dan jalan keluar atas masalah itu hadir seketika."
Bulan adalah buku kedua dari serial Bumi (aku masih nggak tahu bakal ada berapa-logi; tadinya aku kira serial ini tetralogi sampai tersembur kabar bahwa bakal ada buku kelima). Masih berkisah tentang Raib, Seli, dan Ali serta perjalanan mereka di dunia paralel (Klan Bumi, Bulan, Matahari, dan Bintang). Jangan salah, walau berjudul Bulan, kali ini penulis mengambil setting di Klan Matahari.
Baca juga: [Review] Tentang Kamu - Tere Liye
Baca juga: [Review] Tentang Kamu - Tere Liye
Berbeda dengan Bumi yang masih berfokus pada world building, kisah dalam novel Bulan sudah merambah ke hal yang lain: petualangan. Di sini pembaca diajak untuk berpetualang, mulai dari bagaimana Raib, Seli, Ali dan Ily masuk ke dalam kompetisi sampai kompetisi diakhiri. Dan jujur ketika aku membaca Bulan, aku merasakan vibe yang sama dengan... ehem... The Hunger Games. Dan jika bicara soal akhir cerita yang mengandung twist, rasanya aku teringat pada Harry Potter and the Goblet of Fire. Bukan masalah besar, karena tidak ada yang baru di dunia fiksi, bukan?
Seperti novel-novel dengan alur kompetisi yang sudah kusebutkan di atas, Bulan juga mengajak pembacanya untuk mengikuti petualangan yang disajikan; berikut dengan semua ketegangan yang dihadirkan bersama jalannya kompetisi seiring berbagai tantangan yang hadir. Kelebihan dari cerita tipe seperti ini adalah bahwa biasanya tensi cerita menjadi tinggi karena pembaca dipaksa untuk memroduksi adrenalin lebih.
Yang membuatku heran, sejujurnya, adalah bahwa aku merasa Bulan belum bisa memenuhi ekspektasiku akan hal ini. Maksudku, Bulan memang berhasil membuatku penasaran dan menghadirkan ketegangan ketika keempat tokoh ini tengah berhadapan dengan monster atau diterjang air bah misalnya; hal-hal menantang semacam itu. Tapi ketika mereka sedang tidak berhadapan dengan musuh, hanya berjalan sambil makan misalnya, aku tidak merasakan keseruan. Singkatnya, ketika mereka sedang dihadapi tantangan, novel ini terbaca seru; sedangkan ketika tensi cerita sedang turun, aku bosan. Ketimpangan antara keseruan dan kebosanan yang kualami saat membaca novel ini sangat besar. Aku sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang kurang dan mengapa pada banyak bagian novel ini terbaca membosankan (iya ini sangat tidak solutif, maaf). Paragraf ini terbaca jahat, tapi aku nggak menemukan padanan kata yang lebih baik daripada kata bosan.
Terlepas dari paragraf barusan, aku merasa cerita ini rapi. Tere Liye menuliskan dengan detail ceritanya, sehingga aku berhasil membayangkan kejadian dalam cerita ini dengan baik. Dan bagian yang paling kusukai dari tulisan Tere Liye adalah gaya bahasanya yang santai dan selalu berhasil bikin penasaran.
Soal ending, secara random aku membayangkan Voldemort sama Harry Potter berantem. Di depan rumah orang. Oke ini random banget, tapi seenggaknya aku berusaha jujur. ✌
Setengah spoiler: ada drama menyangkut salah satu tokoh favoritku di akhir cerita. Dan walaupun aku sempat bosan membaca cerita ini, drama itulah yang membuatku kesal dan justru memaksaku untuk membaca buku-buku selanjutnya untuk mengetahui kelanjutan petualangan mereka. Memang aku punya hubungan love-hate dengan karya Tere Liye: aku kesal sama ceritanya tapi aku tetap harus baca. Penulis ini memang punya kemampuan mengagumkan untuk membuat pembaca penasaran lantas ketagihan, itulah mengapa novel-novelnya laris manis kayak nastar di hari lebaran.
Over all, walaupun harus kuakui bahwa aku kadang bosan saat membaca novel ini, Bulan menawarkan petualangan yang bikin pembacanya penasaran. Yuk hidupkan novel fantasi lokal 😍
karena aku nge-judge Tere Liye nggak suka Korea (baca resensi Bumi) aku kasih senyuman Bobby aja deh LOL src |
“Jika kamu akhirnya menemukan bunga itu, berhati-hatilah, Nak. Boleh jadi, kebijakan terbaik adalah membiarkannya tetap mekar hingga layu. Dengarkanlah alam liar bicara kepadamu.”
Rating:
⭐⭐⭐
⭐⭐⭐
anakku kemaren baca yg bintang...sekarang minta dibelikan yg bulan mbak ...tere liye memang bagus bukunya
ReplyDeleteeh, nggak bingung kah baca bintang tapi belum baca bulan?
Deletehahhaha... benci tapi rindu ya sama tere liye? mungkin memang begitu ya triknya :)
ReplyDeleteaww iya benci tapi rindu hehehe :D
Delete