Judul: Never Trust A Dead Man
Penulis: Vivian Vande Velde
Penerbit: Grasindo
Tanggal terbit: 2003 (1 April 1999 dalam bahasa asli)
Jumlah halaman: (tidak tercantum di Goodreads)
Rating: 4/5
"Aku sudah dibunuh. Begitulah kematianku. Aku dengar kau memanggilku, oleh sebab itu aku kembali."
Selwyn, seorang pemuda tujuh belas tahun, baru saja putus
dari kekasihnya. Anora, nama sang mantan kekasih, lebih memilik Farold yang
lebih kaya. Selwyn baru saja meratapi nasib malangnya akibat dicampakkan sang
mantan kekasih dan dipermalukan Farold, ketika warga Penryth menuduhnya telah
membunuh Farold. Ya, Farold tewas terbunuh dengan luka tusuk di punggung, dan
entah mengapa pisau Selwynlah yang ada di tempat kejadian perkara.
Karena semua bukti mengarah ke Selwyn, warga Penryth
menghukumnya dengan mengurung Selwyn dalam gua kuburan massal agar ia mati
pelan-pelan. Di tengah keputusasaan Selwyn karena kelaparan dan ketakutan,
tiba-tiba Elswyth, seorang penyihir, muncul di sana. Dengan kekuatan sihir
Elswyth, Selwyn bisa keluar dari gua itu dan Farold bisa hidup kembali dengan
wujud seekor kelelawar (sebenarnya ada sedikit kesalahan teknis sampai-sampai
Farold hidup dengan wujud kelelawar). Dimulailah petualangan mereka untuk
mencari pembunuh Farold sebenarnya.
Semula Selwyn menyamar menjadi seorang pengembara, tetapi
karena tak kunjung membuahkan hasil, ia akhirnya meminta Elswyth untuk mengubah
wujudnya menjadi Kendra, anak pemilik kafe di Penryth. Dan, oh, dengan sangat
mengejutkan Selwyn menemukan ada banyak sekali orang yang diuntungkan atas kematian
Farold. Ia mencurigai banyak orang yang mungkin membunuh Farold!
Jadi sekarang, siapa pembunuh Farold?
Mampukan Selwyn membela diri?
--o--
Short review aja
kali ya.
Buku ini bukan bacaan yang berat. Cenderung ringan mengarah
ke bikin ngakak.
Nah, don’t judge the book from its cover kayaknya
berlaku kali ini. Melihat covernya sih, aku pikir ini novel misteri atau apalah, tapi ternyata nggak juga.
Novel satu ini lebih mirip humor sih, walau nggak lucu. Bisa ngebayangin nggak
sih kelelawar ngibul? Atau Kendra --yang cewek-- bersuara cowok? Entah kenapa,
waktu berusaha ngebayangin ini rasanya pengen ngakak. Walau nggak lucu. Entahlah.
Secara kualitas, novel ini terkesan melayang-layang. Terkadang
bukan kualitas cerita yang mampu membuatku murah dalam hal ngasih bintang. Kali
ini kemampuan menghibur secara tak disengaja yang diberikan sang penulislah
yang membuatku murah hati. Kenapa aku bilang “secara tak disengaja”? Karena aku
yakin dalam menulis novel ini, si penulis nggak berpikiran pembaca-gue-haru-ngakak-pembaca-gue-harus-ngakak.
Nggak terkesan maksa; kesan yang biasa aku tangkap dari sebuah karya yang emang
dimaksudkan untuk bikin pembacanya terhibur.
Recommended. Extremely
recommended buat kalian yang tiap hari bacaannya yang berat-berat melulu.
Nah, udah aku bilang kan kalau kali ini cuma short review? :P
No comments:
Post a Comment
Komentarmu, bahagiaku ^^