Penulis: Adam Aksara
ISBN: 9786021497234
Penerbit: Mozaik Indie Publisher
Jumlah halaman: 210
Tanggal terbit: 1 Februari 2014
Rating: 2/5
"Saat kamu pernah dicintai begitu dalam oleh seseorang, kamu tidak akan pernah dapat melupakannya seumur hidupmu."
Alex lumpuh karena penyakit polio yang dideritanya, namun ia berhasil menemukan sesuatu yang sangat menarik minatnya: kimia. Ia selalu berkutat dengan berbagai bahan baku beserta seluruh stuktur kimianya demi menghasilkan varian produk baru untuk pabriknya. Belakangan, ia mengajar di sebuah universitas sebagai dosen kimia.
Claire adalah seorang mahasiswi keperawatan (S1 ilmu keperawatan mungkin ya? aku juga agak ragu) yang berhasil masuk bangku kuliah hanya karena beasiswa satu semester. Ia tak tahu bagaimana caranya membiayai semester-semester ke depan, karena ia terlahir dalam keluarga miskin. Ibunya mantan pelacur yang kini hanya duduk-duduk di rumah sambil minum minuman keras, sedangkan ayah tirinya hanya mantan tentara yang selalu ingin memperkosanya.
Alex tertarik pada Claire, mahasiswanya. Ia menyayangi wanita itu. Namun ia sadar, seperti kemampuan berjalan, ada yang pun tidak akan pernah dimilikinya dalam hidup. Cinta adalah salah satunya.
--o--
Aduh, halamannya lepas lagi -_-
Aku nggak ngerti ya kenapa ini halamannya lepas terus bahkan sebelum aku membaca bagian itu. Apa emang halamannya udah lepas dari sononya? Nggak paham deh, pokoknya bahkan sebelum aku menyelesaikan baca buku ini, si buku udah menjelma jadi sesosok buku rombeng yang ompong di sana sini.
Alih-alih memakai tokoh yang cerdas, cakep, kaya raya dan punya segalanya, Adam Aksara menggunakan tokoh yang tak sempurna. Alex yang kaya tapi cacat, pesimis, dan mudah penyerah; bersama Claire yang-- aku masih belum bisa menentukan sebenarnya Claire ini tipe cewek kayak apa. Yang jelas dia terlalu malang, tapi aku masih merasa karakternya kurang kuat.
Penulis punya ide yang sangat bagus untuk cerita-- eh bentar, aku masih agak rancu tentang cerita di buku ini. Di bagian ucapan terima kasih, penulis menyebutkan bahwa isi buku ini adalah kisah dari seorang bernama Claire Ichimura. Jadi kisah Alex-Claire ini kisah nyata dengan sedikit bumbu fiksi dong ya? Sedih banget kalau ada orang yang mengalami kisah cinta semenyedihkan ini. Hiks. #prayforclaireichimura
Tapi aku masih agak ragu sih, ini benar-benar based on true story kah? Semoga Adam Aksara membaca review ngelantur ini dan menjawab pertanyaanku.
Uhuk, balik lagi. Ide cerita Menanti Cinta ini bagus menurutku. Bagus banget. Apalagi endingnya, ide buat endingnya itu bagus. Andai saja penulis nggak terburu-buru dalam memulai segalanya.
Kayak waktu Dokter Jean datang kembali ke kehidupan Claire, kok rasanya tiba-tiba banget, nggak ada pertanda apapun dan tiba-tiba semuanya terjadi. Konfliknya datang beruntun, tapi emosi tokoh-tokohnya nggak digali dan cuma ditampilkan secara awang-awang aja. Pas Alex tiba-tiba disuruh sama pemerintah buat bikin senjata kimia juga belum dieksplor, misalnya Alex ngapain aja di sana, dia bikin senjata macam apa dan cara bikinnya gimana (?). Belum sampai aku memposisikan diri Alex bukan sebagai dosen lagi dan dia udah.......
*sinyal ilang*
Oh ya, aku sempat bertanya-tanya dalam hati pas baca novel ini: novel ini udah terjamah tangan editor kan? Ada banyak kesalahan ejaan nggak sih? Aku beberapa kali menemukan penggunaan kata depan "pada" dan "di" yang kebolak-balik. Ada juga penggunaan "sangat blablabla sekali". Ada beberapa kalimat nggak efektif yang sayangnya nggak berhasil aku temukan lagi karena sticky note-ku habis (?).
Aku pengen ngoreksi dikit kali ya, Alex itu nggak terlahir cacat. Kalau dia emang lumpuhnya gara-gara polio, harusnya ia terlahir dengan baik-baik saja sampai suatu hari dia kena polio dan dia lumpuh. Jadi dia nggak terlahir cacat (apa sih Wen -_-).
Hmm, saran aja buat penulis. Sebelum menggunakan tema kimia dalam novel, ada baiknya belajar dulu sedikit. Aku masih heran bagaimana Alex bisa jadi profesor cuma karena dia menghasilkan produk baru, nggak jelas dia habis bikin karya tulis apaan, belum bergelar doktor (masih 20 tahun kan kayaknya? S1 aja paling belum kelar) dan belum jadi dosen. Aku masih bingung Alex ini alirannya kimia organik, anorganik, kimia analisis, apa farmasi (dia sempat nerangin soal stuktur kimia obat sakit kepala dan cara kerjanya di dalam tubuh loh -_-). Ngomong-ngomong, emang kuliah keperawatan, apalagi semester satu, itu ada mata kuliah kimia dasar atau kimia analisis atau kimia organik atau kimia anorganik atau sejenisnya nggak sih? Loh, kata dosenku jurusan kesehatan yang ada kimianya cuma farmasi doang, lah ini? Apa jangan-jangan dosenku nipu ya? Aku tanya temanku yang anak ilmu keperawatan, katanya nggak ada. Terserah sih ya.
^abaikan saja. ini review dari mahasiswa yang digampar kimia organik dan kimia analisis tiap hari.
Ngomong-ngomong, sebelum jadi perawat, Claire nggak kuliah profesi Ners dulu ya? *digampar*
Kalau ngelihat deskripsi penulis tentang kampus Alex dan Claire, entah kenapa aku merasa penulis menggambarkan universitas tersebut sebagai satu buah gedung, dan nggak terbagi-bagi berdasarkan fakultas kayak kampusku. Lagian dalam novel ini sempat dipertanyakan bagaimana ada dua perpustakaan dalam satu universitas. Halo, emang tiap fakultas nggak punya perpustakaan sendiri apa? Ngenes banget kampus satu ini -_-
Aku nggak berhasil menemukan tokoh favorit dalam novel ini. Soalnya Claire anaknya labil (?) dan Alex kelakuannya bejat. Alex bertingkah seolah-olah uang bisa menaklukkan banyak hal sih. Aku paling nggak habis pikir ketika Alex nyogok sipir penjara biar Markus bisa merasakan "neraka" di penjara itu sampai-sampai Markus disodomi sama penghuni penjara yang lain. Walau agak nggak masuk akal, aku tetap benci sama Alex wkwkwk.
Aku agak terganggu sama epilog tambahannya, kenapa nggak digabungin aja menjadi satu ending yang utuh? Aku lebih suka ending epilog tambahannya kok. Ya, seleraku emang agak antimaintream.
Aku suka gaya penceritaan novel ini, sederhana dan mengalir lancar. Kata-katanya terjalin dengan baik. Aku juga suka sudut pandang novel ini (eh, ini POVnya orang pertama terus kan, diceritain dari sudut pandang orang yang mau nulis biografi itu kan? CMIIW). Ceritanya berhasil mengobok-obok hati nurani hingga mencurahkan rasa simpatiku. Akhir ceritanya nggak terduga dan cukup berani. Tapi aku tetap berharap ada perbaikan untuk cetakan berikutnya. Masalah ejaan mungkin?
Buset, review sebanyak ini isinya celaan semua.
Udah, cukup ya semua kecerewetan ini. Buat teman-teman yang pengen beli bukunya, silakan kepoin mozaikindie.com
hahahaha
ReplyDelete*numpang ngakak ajah* :D
saya bertanya-tanya apakah maksud tersembunyi dari ngakak di atas
DeleteHihi, ada banyak kejanggalan di novel ini. Dan, sayang banget halamannya lepas2 huhu
ReplyDeletehalaman lepas lepas itu ngganggu loh. ini aja ada satu halaman yang ilang, mungkin nyelip di sela-sela laporan praktikumku (?)
ReplyDeleteJurusan kesehatan yg ada kimianya gak cuma farmasi sih.
ReplyDeleteDi kampusku dulu ada matkul kimia medik buat kedokteran dan keperawatan yg s1.
Dan kalo di indo sih, setahuku gak perlu ners utk kuliah keperawatan. Bisa langsung s1.
Tp mungkin peraturannya udah berubah sekarang. Gak tahu juga :)
Oya...itu yg di atas kondisi wkt aku kuliah ya 14 thn yg lalu. Bisa aja udah berubah skr.
DeletePertanyaannya : setting novel ini taun brp?
*tepok jidat* oh ya, Claire kan kuliahnya dua puluh tahun yang lalu -___________-
Delete*jidatnya ditepok penulis*
biokimia :P tapi biokimia kan nggak kayak gitu materinya. kayaknya di jurusan kesehatan selain farmasi, dosen nggak bakal ngejelasin bahan2 kimia sampe jadi produk deh.
ReplyDeletekuliah ners? harusnya kuliah ners sih, tapi perawat di indonesia kayaknya blm jadi profesi ya nggak sih?
kayak akuntan gitu gak sih modelnya, walaupun belum kuliah Ak. tapi dia tetep bisa jadi akuntan? cmiiw
emang biokimia materinya apaan? :D
Delete*pertanyaan mulai ngelantur*