Sunday, March 30, 2014

[Review] Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin - Tere Liye

Judul: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis: Tere Liye

ISBN13: 9789792257809

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 264

Tanggal terbit: Juni 2010

Rating: 5/5






"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan." --p196

Tania, Dede, dan ibu mereka harus mengalami kehidupan yang keras setelah ayah mereka meninggal. Saat itu Tania baru berusia delapan tahun, Dede baru tiga tahun. Mereka harus mengamen di jalanan demi mendapatkan uang. Tania bahkan harus putus sekolah.

Namun suatu hari, tiga tahun kemudian, malaikat itu datang menyelamatkan mereka. Menyekolahkan mereka. Menjanjikan hidup yang jauh lebih baik. Mengantaskan mereka dari hidup yang kejam. Dia adalah sosok yang sangat Tania kagumi, hingga Tania merasakan perasaan yang tak ia mengerti.

Perasaan itu telah menguasai hatinya bahkan ketika rambutnya masih dikepang dua.

--o--

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah novel karya Tere Liye keempat yang kubaca. Aku selalu suka pada gaya kepenulisan Tere Liye, terutama pada info-info tambahan atau entah apa itu yang diapit oleh tanda kurung.


Menurutku cara penulis bercerita sudah memiliki nilai plus sendiri, dengan gaya bahasa yang unik dan penuh dengan pesan moral yang tersebar di seluruh penjuru halaman buku.

Baca juga: [Review] Tentang Kamu - Tere Liye

Novel ini (yang ngetik judulnya bikin males karena walaupun judulnya bagus tapi panjang banget) diceritakan dari sudut pandang Tania, dengan alur cerita bolak-balik. Awalnya aku agak bingung karena alur yang agak bolak-balik ini, tapi untunglah lama-lama aku move on (!). Kisah hidup Tania sejak umurnya sebelas tahun sampai (aku agak lupa) dua puluh tiga tahun (?) diceritakan dengan manis. Aku mengagumi sosok dia juga, dan berhasil menjadikan dia sebagai tokoh favoritku.

Eh tunggu, Wen! Sebenarnya dia itu siapa sih?
Dia itu malaikatnya Tania dan keluarganya. Penasaran? Ya sana dong beli novelnya!
Emang kamu beli novelnya, Wen?
Nggak. Aku pinjem.
*digampar rame-rame*

Ide cerita novel ini sebenarnya simpel, cuma *uhuk* kakak-adik-zone. Tapi Tere Liye dengan begitu apik mengolah cerita yang simpel ini menjadi sebentuk cerita yang berhasil membuatku penasaran dan nggak sanggup lepas darinya sampai aku menamatkannya.

Oh ya, sedetik setelah menamatkan novel ini, aku berhasil dibikin bengong. Berhasil dipaksa untuk mengingat-ingat alur ceritanya dari awal sampai akhir. Yang aku tahu, ketika pada suatu saat aku berhasil dibikin bengong selama beberapa detik setelah menamatkan suatu fiksi, itu artinya aku suka sama fiksi tersebut. Ketika aku ngecek di goodreads dan menemukan beberapa orang agak kecewa sama ending novel ini, aku nggak merasakan kekecewaan yang sama. Sekali lagi, seleraku soal ending sebuah novel emang agak antimainstream.

Kayaknya habis ini aku bakal ngiler kalau jalan-jalan di toko buku dan menemukan nama Tere Liye tercetak di sampul sebuah buku.

2 comments:

  1. Widddyyy....jatuh cinta dnegan karya Tere Liye juga ya?
    Saya baca ini sejak tahun 2010 tapi rasa termenye-menye karena ending cerita ini masih membekas di hati sampai sekarang.

    ReplyDelete
  2. Wuiiih, rating-nya sampai 5.
    Aku juga jadi suka sama buku Tere Liye gara-gara novel ini. Simple dan memotivasi, tapi menurutku endingnya gantung. Tetep keren sih, novel paling tipisnya Tere Liye. Hehee :D

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...