Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Terbit : 2007 (cetakan kedua)
Halaman : 248
Rating : 5-stars
“Ya Rabb, Engkaulah alasan semua kehidupan ini. Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini. Perasaan itu datang dariMu. Semua perasaan itu juga akan kembali kepadaMu. Kami hanya menerima titipan. Dan semua itu ada sungguh karenaMu...
Katakanlah wahai semua pencinta di dunia. Katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya. Katakanlah semua kehidupan itu hanya karena Allah. Katakanlah semua getar-rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang Maha Mencinta, yang Menciptakan dunia dengan kasih-sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikatNya.
Semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita untuk memandang wajahNya. Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku. ”
Boleh pasang enam bintang, nggak?
Novel karangan Tere Liye ini berkisah tentang Alisa Delisa, gadis cilik berumur enam tahun yang tinggal di Lhok Nga, Aceh. Ia tengah berusaha menghafal bacaan shalat. Ia begitu senang ketika Ummi-nya membelikan seuntai kalung berliontinkan huruf D untuk Delisa dan akan diberikan padanya kalung itu jika Ibu Guru Nur, guru SDnya, menyatakan ia lulus pada tes hafalan shalat.
Namun Allah berkehendak lain.
Ketika Delisa tengah dites hafalan shalatnya oleh Ibu Guru Nur, tsunami menerjang Aceh. Padahal saat itu ia baru hendak sujud, namun sepertinya Allah belum mengijinkannya.
Atas pertolongan Allah yang tak pernah putus, Delisa selamat. Delisa kembali ke kehidupannya yang dulu, dengan segala keterbatasannya. Namun ada satu hal pelik yang ia alami: hafalan shalatnya yang dulu lengkap, kini menghilang. Musnah. Entah apa yang terjadi pada hafalan shalatnya.
Novel ini sangat cantik, seperti layaknya karya Tere Liye yang lain. Mengajarkan banyak hal lewat catatan kaki yang ia berikan. Tentang makna perjelasan. Tentang hidup. Tentang kematian. Tentang agama.
Duh, Tere Liye, betapa setiap karyamu sungguh mengagumkan!
Ikhlaslah dalam melakukan segala hal, kawan. Apalagi dalam beribadah. Allah-lah tempatmu meminta pertolongan. Rasul-lah tempatmu memohon syafaat di hari kiamat kelak. Jangan tergoda iming-iming duniawi.
Lima bintang nih, soalnya 6 bintang kan nggak ada :D
setuju tuh sama kamu :) aq juga suka novel2 ny bang tere, tp sayang ketika di buat film jadi agak gimana gtu :( hhe..
ReplyDeletefilm adaptasi emang jarang yg sebagus novelnya :)
Delete