Wednesday, November 30, 2016

[Review] Menjeda - Adya Pramudita


Judul: Men[πŸ’—]jeda

Penulis: Adya Pramudita

Penerbit: Grasindo

Tanggal terbit: 6 Januari 2014

Tanggal baca: 4-6 November 2016

"Kita memang hanya memiliki satu hati, tapi kita bisa menyayangi beberapa orang dalam satu waktu. Tentu dengan tingkatan yang berbeda, dalam ruang-ruang redup hingga terang benderang. Hanya hati kita yang mengetahui siapa yang menempati ruang dan tingkatan yang mana. Dan seharusnya itu tidak tertukar."


Hidup bersama Radja di Roma membuat hidup Keira menjadi lebih berwarna. Radja yang menyelamatkan Keira ketika keluarganya tercerai berai. Radja pula yang menyelamatkannya dari kamar kostnya yang bau menuju pekerjaannya kini yang tak pernah ia impikan sebelumnya: desainer. Walau Keira tak pernah mengetahui secara pasti bagaimana hubungan keduanya, namun semua terasa baik-baik saja.

Di sisi lain, Keira masih menyimpan sosok Giras di hatinya. Bertahun-tahun lalu, anak laki-laki itulah yang mewarnai harinya. Bersama Giras, Keira tak pernah keberatan menjalani hari-hari yang tak mudah baginya.

Semua terasa indah, sampai Keira akhirnya sadar bahwa ia harus pulang ke Indonesia.

Bukan hanya untuk memperbaiki hubungannya dengan keluarga, tapi juga untuk bertemu lagi dengan laki-laki itu.

--o--

Dulu banget, aku pernah memasukkan buku ini ke daftar keinginanku, dan aku baru sempat baca sebulan yang lalu. Dan aku tak pernah menyesal sudah menginginkan buku ini, karena Menjeda adalah satu karya yang cukup ciamik.

Menjeda adalah novel Adya Pramudita pertama yang kubaca, dan juga satu dari sedikit novel Grasindo yang kulahap. Yang pertama kali membuatku tertarik untuk membacanya, tentu saja, adalah sampulnya yang seleraku banget. Dan tanda hati di tengah judulnya itu emang iconic banget, tapi tetep aja bikin males kalau disuruh nulis judulnya.

Menurutku, Menjeda tak hanya membahas soal romansa dan cinta segitiganya itu, namun Adya Pramudita dengan apik juga menyelipkan nilai-nilai kekeluargaan melalui keluarga Keira, serta nilai tentang bagaimana memandang orang lain melalui bagaimana para tokoh berinteraksi dengan Giras. Hal inilah yang membuatku terpikat dengan novel ini. Selain itu, latar sebagian cerita yang berada di Roma juga membuatku banyak membayangkan tentang bagaimana kota itu.

“Kalimat-kalimat ibu hanya melayang di udara terpental ketika akan meresap masuk ke dalam telingaku.”



Meskipun menunakan latar negeri orang, novel ini tetap sederhana, tidak banyak menyebutkan hal-hal yang tidak kumengerti seperti banyak novel lain yang menggunakan latar luar negeri. Namun, karena novel ini sederhana itulah maka latar tempatnya tidak dieksplorasi secara mendalam.

Ketika latar beralih ke Indonesia, penulis mengajak pembacanya berpetualang bersama Giras yang setelah dewasa tenyata bekerja sebagai... eh, kalau aku kasih tahu nanti kalian jadi nggak penasaran dong? πŸ˜€

Pemilihan kata-katanya indah banget, apalagi di bagian awal. Gaya bahasanya juga konstan dari awal sampai akhir, sangat brilian untuk ukuran penulis debut pada masa itu.

Sayangnya, untuk sebuah karya yang baik, novel ini masih mengandung banyak typo dan salah pemenggalan atau hal-hal semacam itu (yang nggak bisa kusebutin karena novelnya kutinggal di kampuang nan jauh di mato). Mungkin di kali berikutnya, penulis, editor, dan proofreader perlu bekerja ekstra.

Dan untuk nilai-nilai dalam Menjeda, aku cuma nggak bisa mengabaikan bagaimana Keira dan Radja tinggal dalam satu apartemen di Roma sana, even mereka menetapkan batas teritori atau semacamnya. Ini di kosan saya aja cuma mamang galon sama bapak kos yang bisa naik ke lantai dua dan nggak ada cowok yang boleh ngapa-ngapain kecuali mau angkut-angkut barang huft.

Endingnya ketebak emang, tapi bagiku yang lebih penting adalah aku menikmati jalan ceritanya.

Favorite boyfriend?
Giras. Bad boy mulia, siapa sih yang nggak klepek-klepek?
Walaupun harus menjalani kerasnya hidup sejak usia yang masih sangat muda, Giras tetap penjadi bad boy mulia, dalam artian nggak melakukan hal-hal yang sangat di luar batas kewajaran. Yah, walaupun udah bolak-balik dibui sih, tapi aku tetap melihat Giras sebagai orang yang baik, masih berusaha menghidupi saudara, dan menjaga nama baik keluarganya. Dan dia digambarkan sebagai sosok yang penyayang, setia, dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Dududu...

Sedangkan menurutku Radja #terlalubaikbuatku.
Boys, this is the fact that girls love bad boys. Terimalah kenyataan dan mulailah menjadi nakal.



Kamu udah baca novel ini? Gimana menurutmu? Kolom komentar ada di bawah ya ⬇⬇⬇⬇⬇πŸŽ•πŸŽ•

“Pulanglah Keira, sampai kamu bisa menentukan siapa yang akan kamu temui ketika sarapan dan sebelum tidur.” 

🍁🍁🍁🍁



4 comments:

  1. Penasaran kisah si Keira dan Radja gimana selanjutnya :) Salam kenal mbak :)

    ReplyDelete
  2. Hay Kak. Barusan aja aku kelar baca Menjeda. Keren banget novelnya, dan aku sependapat sama review kamu. Mengajarkan juga, kalau jeda itu perlu, dan bukan hanya sebatas sementara berhenti tapi lebih jauh dari itu: menyadarkan :) *salam kenal kaa :)

    ReplyDelete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...