Tuesday, November 22, 2016

[Review] Sabtu Bersama Bapak - Adhitya Mulya



Judul: Sabtu Bersama Bapak

Penulis: Adhitya Mulya

Penerbit: GagasMedia

ISBN13: 9789797807214

Tanggal terbit: 10 Juni 2014

Tanggal baca (ulang untuk entah yang keberapa kalinya):
10-11 November 2016


"Ada alasan yang kuat mengapa, sang Ibu membolehkan mereka memutar video Bapak yang baru, setiap Sabtu sore, sesudah azan Ashar. Bagi Satya dan Cakra, ini adalah waktu terbaik mereka setiap minggu. Sabtu bersama Bapak."

[Review aneh confirmed]
I've warned you

Gunawan Garnida paham bahwa ia tak punya waktu yang cukup untuk membimbing anak-anaknya sampai dewasa. Penyakit itu membuat umurnya tak lama lagi. Untuk itulah, dengan handycam barunya, Gunawan membuat video-video yang kelak akan menemani anak-anaknya tumbuh.

Bertahun-tahun berikutnya, Sabtu sore, selepas ashar, adalah waktu terbaik bagi Satya dan Cakra setiap minggunya. Apapun yang terjadi, setiap Sabtu sore mereka akan duduk manis di rumah sambil menonton video bapak mereka. Banyak pelajaran yang bisa mereka berdua dapatkan dari video-video itu.

Satya Garnida, sang sulung, bekerja sebagai geophysics di kilang minya lepas laut Denmark, membuatnya tidak bisa pulang setiap hari. Satya tumbuh menjadi bapak yang perfectionist. Ia selalu menetapkan standar tinggi untuk ketiga anak aki-lakinya: nilai bagus, pintar matematika, jago renang, dan sebagainya. Pemarah, selalu menyalahkan orang lain. Istrinya yang lelah akhirnya mengirimkan email meminta Satya tidak pulang dulu liburan yang akan datang. Suami mana yang nggak kesel dikirim pesan kayak gitu? Satya pun bertanya-tanya, apakah selama ini dia memang bapak dan suami yang buruk.

Cakra Garnida, di usia tiga puluh, karir yang mapan, dan sudah punya rumah sendiri, masih juga jomblo. Ketika ia akhirnya berniat mencari jodoh, ternyata gbetannya ditikung orang lain.

Kan sakit.

Ibu Itje, ibu mereka, pun ternyata mengalami masalah, namun tetap tak mau merepotkan kedua anaknya. Ia pun berjuang sendiri, karena ingat bahwa suaminya telah merencanakan banyak hal untuknya dan pun tidak merepotkan orang lain ketika ia juga berjuang.

Pada akhirnya, kepada bapaklah mereka mencari jawaban atas semua pertanyaan. Tetap berpegang teguh pada nasihat bapak mereka yang terekam dalam video itu.

--o--



Buku ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pria yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi suami. Dan tentang seorang ibu yang membesarkan mereka. Dan tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan, untuk mereka.

Sabtu Bersama Bapak adalah karya Adhitya Mulia pertama yang kubaca. Aku sudah memiliki dan membaca novel ini sejak jaman dahulu kala, tapi baru membuat reviewnya sekarang.

Udah nonton filmnya, Wen?
Belum //dislempar sendal//

Menurutku, buku ini adalah perpaduan menarik dari buku parenting dan novel jomblo-jomblo ngenes. Perpaduan yang unik, menurutku.

😼
"Pagi, Pak Cakra."
"Pagi, Wati." Cakra membalas sapa salah satu sales yang duduk tidak jauh dari ruang kantornya.
"Udah sarapan, Pak?"
"Udah, Wati."
"Udah punya pacar, Pak?"
"Diam kamu, Wati." Cakra masuk ke dalam ruangannya dan menyalakan laptop.
"Pagi, Pak," sapa Firman di depan pintu. Dia adalah bawahannya yang lain.
"Pagi. Firman."
"Pak, mau ngingetin dua hal aja, Bapak ada induksi untuk pukul 9 nanti di ruang meeting."
"Oh, iya. Thanks. Satu lagi apa?"
"Mau nginggetin aja, Bapak masih jomblo."
"Enyah, kamu."
😼😼


Yang sangat aku sukai adalah novel ini berhasil mencampur aduk perasaan pembaca. Di satu sisi, Sabtu Bersama Bapak sangat mampu membuat pembacanya tertawa karena tingkah Cakra dan teman-temannya. Di sisi lain, pembaca diajak merenung bersama keluarga ini. Novel ini tidak menampilkan hal yang menye-menye, tapi tetap bisa membawa pembacanya untuk meneteskan air mata. Secara kebapakan apasih.

Aku suka melihat bagaimana keluarga ini tidak terlalu menampakkan kesedihan setelah sosok Gunawan pergi. Berkat didikan sang bapak lewat video-video yang ia buat, keluarga itu tetap bertahan dan mampu merasakan sang bapak menjadi bagian dari mereka.

Kamu nangis nggak, Wen?
Enggak (tetep), tapi saya megap-megap. Tapi aku megap-megap sambil ketawa. Itulah anehnya buku ini.



Gaya bahasa Adhitya Mulya sangat nyaman dibaca. Ringan, namun bisa menyampaikan tema-tema berat seperti parenting di dalam novel ini.

Tahu nggak, aku nggak pernah bisa bikin review panjang untuk semua buku yang kuberi lima bintang. Review kali ini salah satunya. Ya abis mau gimana, udah speechless duluan. Jadi barangkali ada yang mau lihat gimana style saya ngereview buku, tolong lihat review saya yang lain. Biasanya saya nggak kayak gini kalo ngereview.

Kok jadi kangen bapak ya.


🌟🌟🌟🌟🌟
Perfecto!

creds: thanks for tumblr 💝
widywenny

4 comments:

  1. Yes ini novel jadi novel favoritku juga mba :) sedihnya dapet, lucunya dapet meskipun blm prnh nonton filmnya tp dari buku uda mendeskripsikan filmnya pasti bagus juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kok aku jadi khawatir filmnya nggak sebagus ini ya? *slapped*

      Delete
  2. Aku udah baca juga nih, emang bagus, lucu, tp gak bikin nangis (buatku pribadi)

    kalo aku bilang, msh krg perfec soalnya ada contoh yg krg sesuai yaitu iPod. Hal 150 kalo gak salah, hewhew

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi pengen ngecek ada apa di halaman 150, lagi nggak pegang bukunya *lalu gelesotan dipojokan*

      Delete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...