Saturday, June 29, 2013

[Interview] Author: Riawani Elyta


Riawani Elyta, penulis novel The Coffee Memory, First Time in Beijing, Perjalanan Hati dan beberapa novel lainnya, kali ini ingin berbagi pengalaman nih kepada para pembaca Widy Bookie. Oke, nggak perlu berlama-lama membaca intro dari penulis blog, silakan nikmati hasil wawancara Widy Bookie kepada kak Riawani Elyta berikut ini.
(long post alert)

Oke, to the point.


Sebenarnya background pendidikan kak Riawani Elyta sendiri apa sih? Apakah latar belakang pendidikan kakak memang ada hubungannya dengan dunia literasi, atau justru sama sekali nggak ada hubungannya?

Jawab :
Background pendidikan saya tidak terlalu istimewa, saya hanya lulusan S1 Fakultas Sospol, jadi nggak ada hubungan dengan dunia literasi.


Kalau boleh tahu, bagaimana awal mulanya kakak terjun ke dunia kepenulisan?

Jawab :
Sekitar tahun 2006, saya iseng browsing internet, dan ketemu beberapa blog dan milis tentang kepenulisan. Saya iseng bergabung, mengikuti update-nya, juga beberapa blog milik penulis, dari situ keinginan untuk menulis muncul. Selain itu, saya juga senang membaca novel, dari situ juga mulai tumbuh keinginan, suatu hari saya ingin punya novel seperti novel-novel yang saya baca tsb.


Novel pertama kakak, Tarapuccino, kan terbit tahun 2009. Nah, sebelum novel tersebut terbit, apa kakak pernah juga mempublikasikan karya kakak (misalnya berkontribusi dalam antologi anu, cerpen kakak dimuat dalam majalah itu, dsb)?

Jawab :
Sebelumnya cerber saya, sekaligus cerber pertama saya Alhamdulillah menang di lomba Cerber Femina dan dimuat di majalah Femina pada tahun yang sama. Hanya itu karya saya yang pernah dipublikasi di media sebelum Tarapuccino terbit.


Bisa tolong diceritakan tentang proses kepenulisan buku kakak (bagaimana kakak mengolah ide, apa saja kendala dalam menyelesaikan buku, bagaimana kakak “menodong” pihak penerbit untuk menerbitkan karya kakak, dsb)?

Jawab :
Ide saya serap dari mana saja, dari surat kabar, berita televisi, pengalaman pribadi atau orang lain, dsb. Mengolahnya biasanya merupakan kombinasi antara riset, pengalaman dan ide itu sendiri. Saya belajar dari kendala-kendala yang pernah saya alami saat menulis, seperti mengalami writer’s block, terpaksa mengulang menulis karena tiba-tiba terpikir untuk merubah alur, dsb. Dari situ, saya mengantisipasinya dengan terlebih dulu menyiapkan “pondasi” sebelum menulis, yaitu sinopsis, outline dan riset. Selengkapnya tentang ini bisa dibaca disini : http://www.riawanielyta.com/2013/06/launching-cup-of-tarapuccino-dan_12.html.
Saya tidak pernah menodong penerbit untuk menerbitkan karya saya, selama ini, jalur yang saya tempuh untuk menerbitkan karya adalah mengirimkan secara reguler, mengikuti lomba menulis yang diadakan penerbit juga memenuhi tawaran kerjasama dari penerbit.


Apakah kakak selalu melakukan semacam riset untuk memperkaya bahan cerita novel-novel kakak? Seberapa penting sih riset menurut kakak?

Jawab :
Pasti. Riset sangat penting sebagai latar belakang dan pendukung cerita. Meski novel adalah fiktif, riset tetap harus dilakukan agar cerita terasa “nyata”, hidup, berwarna dan padat.


Menurut kakak sendiri, apa sih ciri khas karya kakak yang membuat karya kakak berbeda dari karya penulis lain (mau narsis dikit di sini juga boleh kok kak wkwkwk)?

Jawab :
Kalau menurut pembaca-pembaca saya, mereka menyebut novel saya sebagai romance yang santun, karena saya memang membatasi adegan-adegan romance yang berkonotasi dengan kontak fisik, melainkan lebih fokus pada eksplorasi perasaan dan sudut pandang juga prinsip para tokohnya. Selain itu, saya juga selalu menyelipkan unsur-unsur lain di dalam novel saya selain kisah cinta belaka, yang paling sering adalah unsur kewirausahaan, dengan harapan, pembaca juga mudah-mudahan bisa terinspirasi untuk menekuni dunia wirausaha.
riawanielyta.com


Nah, sebagai penulis tak dapat dimungkiri bahwa sekali waktu ada yang memberi tanggapan atas karya kakak. Ada kalanya kakak menerima kritik yang mengkritisi kekurangan dalam novel kakak, dan kritik itu rasanya #jlebb dan bikin galau. Bagaimana kakak menyikapi kritik semacam itu?

Jawab :
Sikap saya ya tenang-tenang saja. Kalau pun ada yang sempet bikin galau, biasanya cepat lupa juga. Bagaimana pun, kita tak bisa memuaskan selera semua pembaca. Tapi, jika kritik itu sifatnya membangun, saya menyiapkan catatan khusus dalam folder memori saya, dan menggunakannya sebagai “bekal” yang berharga saat menulis novel selanjutnya.


Salah satu novel kakak, First Time in Beijing yang merupakan satu dari novel-novel yang tergabung dalam STPC (Setiap Tempat Punya Cerita)-nya Bukune, akhir-akhir ini sedang happening nih. Menurutku novel ini unik karena mengusung latar Negeri Tirai Bambu. Selain itu, novel ini juga memuat tema restoran sebagai bumbu penyedap. Apa kakak melakukan riset untuk memasukkan hal-hal ini ke dalam novel? Atau jangan-jangan kakak pernah ke China dan punya restoran sendiri?

Jawab :
Ya. Saya melakukan riset lewat internet, buku dan wawancara. Saya tidak pernah ke China dan belum punya restoran sendiri J


Dengar-dengar, tahun 2013 ini kakak sudah menelurkan lima buku, termasuk yang terbaru, Perjalanan Hati. Produktif banget sih, kak. Bagi-bagi tipsnya dong biar bisa jadi penulis yang produktif!

Jawab :
Tips paling penting yaitu disiplin dengan dateline. Jadi jika dateline untuk masing-masing novel adalah 2 bulan misalnya, berusahalah untuk bisa menyelesaikan tulisan pada masa itu. Berusaha untuk fokus dan konsisten. Dan siapkan segala perangkat yang diperlukan untuk meminimalisir terjadinya writer’s block.


Apa aja nih kegiatan kakak selain menulis?
Jawab :
Saya wanita bekerja yang ngantor rata-rata 8 jam sehari, 5 hari dalam seminggu. Saya juga ibu dengan 3 anak. Jadi sebenarnya menulis hanya kegiatan sampingan. Waktu terbesar saya adalah untuk keluarga dan berada di kantor.


Selama menjadi penulis, ada nggak sih penulis lain yang menebar influence ke dalam diri kakak?

Jawab :
Kalau influence yang benar-benar dominan, sepertinya tidak ada. Beberapa penulis yang bukunya saya baca, masing-masing punya sekian persen kontribusi dalam tulisan saya. Saya belajar mengolah alur yang padat dari karya penulis A, saya belajar mengolah diksi yang indah dari penulis B, saya belajar mengolah setting yang hidup dari penulis C, dst.


Apa harapan kakak untuk dunia literasi Indonesia?

Jawab :
Saya berharap dunia literasi kita kian giat, dengan lahirnya lebih banyak karya yang bermutu dan semakin banyak penduduk negeri ini yang gemar membaca. Sehingga membaca dan menulis kelak akan menjadi kultur penduduk negeri ini yang layak dibanggakan.


Terakhir (fiuh, akhirnya pertanyaan terakhir), silakan sampaikan pesan-pesan kakak (pesan dalam bentuk apapun, mau sekalian promosi juga boleh wkwkwk) buat seluruh pembaca Widy Bookie yang tidak sombong, rajin menabung, lagi berbudi luhur!

Jawab :
Jadikan membaca sebagai hobi. Karena membaca adalah hobi yang berguna untuk membentuk anda menjadi orang yang lebih berwawasan dan lebih bijak. Jika anda bercita-cita menjadi penulis, banyak-banyaklah membaca, karena membaca adalah BBM terbesar untuk penulis, lalu realisasikan dengan menulis dengan prinsip MAT (Motivasi, Aksi dan Target). Anda bisa mengunjungi blog saya di http://www.riawanielyta.com/ untuk mendapatkan tips-tips menulis, juga info-info terkini tentang novel-novel saya yang baru terbit. Terima kasih.



Awkay, demikianlah wawancara kepo Widy Bookie kepada penulis berbakat kita Riawani Elyta. Untuk teman-teman yang ingin tahu lebih banyak, silakan hubungi kak Riawani di:

Oh ya, daftar novel yang sudah ditulis oleh kak Riawani Elyta juga bisa ditengok di akun goodreadsnya.

Mari melanjutkan bacaan dan mari mencari mangsa lain untuk diwawancarai >,<

2 comments:

  1. ngiri banget bisa wawancara ke penulis gitu. kapan ya bikin blog buku?
    #kemudian hening

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo bikin blog bukuuuuhhhh~~~
      *penghasutan dini*

      Delete

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...